TEMPO.CO, Mali - Komandan tertinggi Al-Qaeda di Afrika Utara menyeru masyarakat Mali agar menolak kehadiran pasukan asing guna memecahkan konflik dalam negeri.
"Demi kebesaran dan kebanggaan rakyat muslim Mali, kami katakan masalah di negeri Anda adalah masalah antara umat muslim," kata Abu Mosaab Abdulwadood dalam sebuah pesan melalui rekaman yang disampaikan secara eksklusif kepada Al Jazeera.
Baca Juga:
"Konflik bisa dipecahkan secara internal melalui rekonsiliasi antara umat muslim tanpa harus ada pertumpahan darah," seru Abu Mosaab.
Di Mali terdapat berbagai macam kelompok Islam. Beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Mereka saling bertempur untuk menguasai kawasan utara selama lebih dari delapan bulan usai mengalahkan pasukan pemerintah pada Maret 2012.
Pemberontak Tuareg, kelompok pemberontak beraliran sekuler, menguasai daerah tanpa petugas keamanan. Kemudian kelompok ini mendeklarasikan negara sendiri. Namun, tak lama kemudian muncul berbagai kelompok pemberontak yang belum lama ini mengklaim berhasil menguasai beberapa wilayah. Akibatnya, kelompok Tuareg pun tersudut ke kota-kota di perbatasan.
Phil Ress, seorang penulis Gerakan Islam, mengatakan Al-Qaeda bertujuan membingkai perjuangan mereka menjadi perjuangan pembebasan nasional. "Tujuan peringatan Al-Qaeda adalah menciptakan sebuah kekhalifahan," kata Rees. Dia menambahkan, Al-Qaeda kian menjadi lebih oportunis, memainkan permainan politik. Barry Pavel, Directur Atlantic Council's International Security Programme di Washington DC, mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat melihat situasi di Mali dengan penuh perhatian.
AL JAZEERA | CHOIRUL