TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat badan usaha milik negara (BUMN), Said Didu, menilai 2013-2014 merupakan tahun yang rawan bagi perusahaan BUMN. "Ini tahun politik. Setiap orang mencari cara menikmati BUMN. Tekanannya akan semakin kuat," ujarnya sebelum acara seminar nasional BUMN dan Kampanye Anti Korupsi di Jakarta, Selasa, 11 Desember 2012.
Adapun modus-modusnya, menurut dia, dapat dilakukan dengan berbagai cara. "Modus paling rawan seperti tekanan pergantian direksi dan pengadaan barang dan jasa," katanya
Baca Juga:
Dengan dipilihnya direksi berdasarkan motif tertentu, menurut dia, mengakibatkan perusahaan BUMN jadi tempat memanen dana untuk pemenangan politik. "Kalau menempatkan orang di perusahaan BUMN bisa panen (nanti), terutama direktur utama dan direktur keuangan," katanya.
Ia juga menyorot bisnis asuransi yang dinilainya rawan."Karena pengaturan pemerintah memungkinkan fee broker 30 persen. Itu kick back-nya sangat tinggi," katanya.
Untuk meminimalisir praktek-praktek penyelewengan itu, menurut Said, kuncinya ada pada sumber daya manusia. "Sistem yang baik kalau pelaksananya buruk, sistemnya dirusak. Maka itu yang penting pelaksana yang baik."
Baca Juga:
ANANDA PUTRI
Terpopuler:
Sri Mulyani Masuk 100 Top Global Thinkers 2012
Daging Sapi di Jaksel Ternyata Daging Babi
Sri Mulyani Dapat Tepuk Tangan Panjang di Maryland
Komputer Samin Tan Dibobol, Dokumen Penting Raib
Redenominasi Mata Uang, Nilai Dibulatkan ke Atas
Pekan Depan, 2 Jalur KRL Bogor-Jakarta Beroperasi
Hatta: Subsidi MRT Jokowi Kantong Kanan atau Kiri
Hatta Rajasa Bahas Subsidi MRT Jokowi
Sosialisasi Redenominasi Dinilai Menyimpang
Ekonomi Indonesia 2013 Diprediksi Melambat