TEMPO.CO, Kairo - Sembilan orang terluka ketika penyerang tak dikenal menembaki pengunjuk rasa yang berkemah di Tahrir Square di pusat Kota Kairo, Mesir. Menurut saksi mata dan media Mesir, segera setelah itu, mobil polisi mengepung alun-alun, pertama kalinya mereka muncul sejak 23 November.
Massa berdemonstrasi menuntut pembatalan keputusan oleh Presiden Mohamed Mursi, yang memberikan dirinya kewenangan yang lebih besar.
Menurut saksi, selain melakukan penembakan, para penyerang juga melemparkan bom molotov. Beberapa tenda demonstran terbakar. Banyak dari para demonstran terbangun oleh suara yang meneriakkan, "Rakyat ingin kejatuhan rezim." Teriakan berpadu dengan lantunan Al-Quran melalui speaker di alun-alun.
Kelompok kiri, liberal, dan kelompok oposisi lainnya telah menyerukan pawai ke istana pada sore hari untuk memprotes referendum mengenai konstitusi baru. Mereka menyebut langkah ini sebagai bentuk polarisasi negara.
Tujuh orang tewas dan ratusan terluka pekan lalu dalam bentrok antara kubu Ikhwanul Muslimin dan kelompok oposisi. Aparat keamanan belum menggunakan kekuatan untuk mengendalikan demonstran menjauh dari istana. Mereka hanya diblokir dengan tank, kawat berduri, dan barikade beton. Mursi pada Minggu malam memberikan kewenangan pada angkatan bersenjata untuk menangkap warga sipil selama referendum sampai pengumuman hasilnya.
REUTERS | TRIP B
Baca juga:
Perenang Termuda di Dunia Berusia 9 Bulan
Penyiar 2Day FM Keluar dari "Persembunyian"
Isi Surat Radio 2Day ke Rumah Sakit Saldahna
Kate ''Tabrak'' Tradisi, Tak Mau Pekerjakan Pengasuh
Bocah 7 Tahun Merampok Pakai Senjata Api