TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Angelina Sondakh mengaku menyesal telah memasuki dunia politik. Hal ini dia sampaikan saat menjalani pemeriksaan sebagai terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. "Saya menyesal masuk politik," katanya, Jumat, 14 Desember 2012.
Selain menyesal terjun ke politik, Putri Indonesia 2001 ini pun menyesali telah mengenal bekas rekan separtainya, Muhammad Nazaruddin. Soalnya, dia membuat Angie diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi dan menjadi terdakwa suap terkait penggiringan proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Pendidikan. "Saya menyesal kenal Nazar," ujar dia.
Dalam persidangan, Angie mengatakan mulai mengenal Nazar pada akhir 2009, saat sama-sama duduk menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut dia, Nazar sering meminta dirinya dan suaminya, almarhum Adjie Massaid untuk memperkenalkan orang. "Saya dan suami sering diminta Nazar untuk mempertemukan dengan ini, dengan itu," ucap dia.
Angie itu pun mengaku menyesal memperkenalkan anak buah Nazar, Mindo Rosalina Manullang, dengan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Haris Iskandar. Sebab, perkenalan itu berujung pada disangkutkan namanya dalam penggiringan sejumlah proyek. "Itikad baik tidak selalu berujung baik, bisa membawa musibah," kata dia.
Angelina Sondakh adalah mantan anggota Badan Anggaran DPR dari Fraksi Demokrat. Dia didakwa menerima suap Rp 12,58 miliar dan US$ 2,35 juta terkait dengan penganggaran proyek Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Pendidikan.
Duit itu diduga berasal dari Grup Permai, perusahaan milik Muhammad Nazaruddin yang kini menjadi terpidana kasus suap Wisma Atlet. Keterlibatan Angie terungkap dari pesan BlackBerry antara dirinya dengan Rosa. Mereka membahas sejumlah permintaan duit dalam proyek di dua kementerian tersebut.
Dalam persidangan hari ini, Angie juga mengakui telah memperkenalkan Rosa dengan Haris. Rosa mengatakan ada masalah kampus yang ingin dibicarakan dengan Haris. "Bu Rosa menyampaikan ada permasalahan di kampus. Hanya itu saja bahasanya ibu Rosa," katanya menjelaskan.
NUR ALFIYAH