TEMPO.CO, Connecticut - Dawn Hochsprung, kepala sekolah Sandy Hook, Connecticut, Amerika Serikat, sedang memimpin rapat pagi ketika suara tembakan terdengar. Beberapa menit kemudian, pendidik dan ibu berusia 47 tahun ini, bersama 25 orang lain, terbaring tak bernyawa setelah seorang pria bersenjata obral tembakan.
Saat kejadian, Hochsprung sudah dua tahun memimpin SD Sandy Hook yang berlokasi di Newtown, kota yang pernah dijuluki paling aman di Amerika Serikat. Meski baru dua tahun di sana, dia mampu mencuri hati siswa dan staf lain.
"Dia hebat," kata Marsha Moskowitz, seorang mantan sopir bus sekolah, pada FoxNews.com. "Semua orang mencintainya. Semua anak mencintainya."
Mengintip akun Twitter-nya, @DHochsprung, hampir semua tweet-nya berisi tentang kecintaannya pada dunia pendidikan. Di sekolah itu, ia memimpin 700 siswa.
Sehari menjelang tewas, ia menuliskan tweet tentang antusiasnya menyiapkan preview buku non-fiksi bagi para staf. "Common Core, kami datang!" tulisnya, sebelum memajang foto buku-buku itu.
Ia juga kerap bercerita tentang murid-muridnya. "Siswa Sandy Hook menikmati latihan untuk konser musim dingin kami--kelompok berbakat yang dipimpin oleh Maryrose Kristopik," bunyi tweet-nya pada hari Rabu.
Posting lainnya adalah gambar warna-warni dari acara pembacaan buku dongeng untuk siswa kelas satu serta pujiannya untuk siswa kelas empat yang menyanyikan lagu-lagu patriotik di panggung saat sarapan Hari Veteran bulan lalu.
"Jaga buku di dalam hati kita dan pikiran kita!" demikian bunyi tweet lain Hochsprung. "Teknologi hanyalah alat. Agar anak-anak mau bekerja sama dan memotivasi mereka, guru adalah yang paling penting," tulisnya, mengutip Bill Gates.
Ia juga terlihat ketat terhadap keselamatan. Dalam sebuah posting 17 Oktober, ia menulis, "Mengutamakan keselamatan di Sandy Hook... Ini adalah hari yang indah untuk latihan evakuasi tahunan kami!"
Dia juga menerapkan langkah-langkah keamanan baru di sekolah pada musim gugur lalu, menurut Daily News New York. Sebuah surat yang dikirimkan ke rumah orang tua berisi permintaan bahwa setiap pengunjung akan diminta membunyikan bel di depan pintu masuk setelah pintu terkunci pukul 09.30. Ia meminta pengertian orang tua, bila berkunjung ke sekolah itu di atas jam tersebut, akan diminta menunjukkan kartu identitas.
Namun, rupanya Jumat lalu ada "tamu" yang lolos. Anak salah seorang guru, Adam Lanza, tak datang untuk bertamu, tapi memuntahkan peluru dari dua, ada yang menyebut tiga, senjatanya. Presiden Barack Obama, dengan air mata menetes, menyebut peristiwa itu sebagai penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.
FOX NEWS | TRIP B