TEMPO.CO, Jakarta - Nokia pernah merajai pasar telepon seluler dunia, begitu juga di Indonesia. Kini, ceritanya jauh berbeda. Dari pengamatan Tempo di dua lokasi pusat penjualan ponsel di Jakarta, produk vendor asal Finlandia ini kurang diminati.
Di Blok M Square, Jakarta Selatan, misalnya. Meskipun lantai 3A dipenuhi gerai penjual ponsel, hampir semua penjual menggelengkan kepala tanda tak punya ketika Tempo mencari Nokia Lumia.
Setelah berkeliling cukup lama, Tempo akhirnya menemukan satu gerai yang menjual Nokia Lumia. Itu pun hanya satu tipe, yakni Lumia 610. Sedangkan seri andalan Nokia, Lumia 920, tak tersedia.
“Di sini jarang pembeli yang cari Lumia, biasanya Android atau BlackBerry,” kata seorang pegawai perempuan kepada Tempo pada Rabu lalu. “Kalau Nokia, paling yang dicari seri Asha.”
Di Metropolitan Mall Bekasi, Lumia 920 lebih mudah ditemukan. “Diskon dari Rp 4,5 juta menjadi Rp 2 juta,” kata seorang penjaga toko resmi Nokia. Itu pun jika dipesan dalam dua pekan pertama pada bulan ini.
Seri Lumia yang berbasis Windows Phone 8 hasil rancangan Microsoft menjadi jalan keluar dari krisis yang dialami Nokia. Sejak lima tahun lalu, angka penjualan produk Nokia menurun drastis lantaran kalah bersaing dengan Apple dan Samsung.
Nokia terlambat bermigrasi ke sistem operasi populer, Android, dua tahun lalu karena masih berkutat pada sistem Symbian—yang ditinggalkan vendor lainnya.
Stephen Elop, Chief Executive Officer Nokia, yang sebelumnya bekerja di Microsoft, menyadari hal itu. Ia pun mengambil manuver radikal dengan mengadopsi Windows Phone 7 sebagai platform utama Nokia pada tahun lalu.
Lumia 800 dan Lumia 710 diperkenalkan ke pasar pada akhir 2011 dengan basis sistem operasi Windows Phone 7. Sayang, langkah ini sudah terlambat.
Menurut survei Data International Data Corporation, pada kuartal ketiga tahun ini, Nokia terlempar dari peringkat kelima vendor global terpopuler—tergusur oleh Research In Motion (BlackBerry). Padahal produk RIM juga sedang megap-megap.
Di Indonesia, Nokia masih bertengger di posisi kelima berkat permintaan feature phone berharga murah. “Bagi Nokia, Indonesia merupakan pasar terbesar kedua di Asia Pasifik,” kata Martin Chirotarrab, President Director Nokia Indonesia.
Namun konsumen di Indonesia juga sudah mulai hijrah ke ponsel cerdas, seiring dengan meningkatnya daya beli. Nokia harus bergerak mempromosikan ponsel cerdas seri Lumia jika tidak ingin ditinggalkan konsumen atau akhirnya dibeli perusahaan lain, seperti Motorola.
GUARDIAN | PC WORLD | RATNANING ASIH