TEMPO.CO, Bandung--Greenpeace melakukan aksi teatrikal di halaman Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat menggunakan pakaian pelindung bahan kimia (Hazardoa Material) dan topeng wajah kelima Calon Gubernur Jawa Barat untuk menantang para cagub segera berkomitmen menyelesaikan pencemaran limbah industri di sungai Citarum, Selasa, 18 Desember 2012.
Kampanye damai tersebut digelar bertepatan dengan hari penentuan nomor urut pemilihan calon pemimpin Jawa Barat yang akan diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha nanti malam."Aksi ini memang sengaja digelar berbarengan dengan penentuan nomor cagub, supaya mereka membuka mata, membuka telinga dan segera berkomitmen menyelesaikan masalah Citarum yang tercemar limbah industri," kata Ahmad Ashov Birry, Juru Kampanye Air Bebas Racun Greenpeace Indonesia pada Tempo.
Ashov menilai para calon Gubernur saat ini masih emoh untuk peduli kondisi Citarum. Padahal sudah tiga minggu aktivis Greenpeace, Walhi Jabar dan Komunitas Elingan mengungkap kontaminasi pembuangan bahan kimia berbahaya industri di sungai Citarum.28 November 2012 lalu, Greenpeace bersama Walhi Jabar juga meluncurkan laporan ‘Bahan Beracun Lepas Kendali’ yang mengungkap pembuangan bahan kimia berbahaya industri di delapan titik area industri sepanjang Sungai Citarum.
"Hingga sekarang belum ada komitmen dari para calon. Padahal, 81 persen warga Jawa Barat menyatakan ingin Citarum bersih kembali. Itu adalah aspirasi dan harus segera direalisasikan," kata Ashov.
Dalam aksinya, aktivis Greenpeace menyindir calon pemimpin Jawa Barat dengan mengenakan pakaian dan topeng yang menyerupai kelima calon. Lantas mereka memeragakan adegan tutup mulut, tutup mata, tutup telinga dan tutup muka.
"Itu mengilustrasikan ketidakpedulian mereka pada pencemaran limbah industri di aliran sungai Citarum," tambah Ashov.
Aktivis Greenpeace juga mengilustrasikan kondisi Citarum dengan membentangkan kain berwarna biru muda yang kemudian ditimpa dengan kain warna-warni seperti hitam, merah, kuning, hijau. Kain berwarna tersebut melambangkan bahan-bahan beracun berbahaya seperti Merkuri, Kromium Heksavalen, Alkylphenol dan Diethyl Phthalate yang bisa merusak ekosistem air dan kesehatan.
"Limbah warna-warni itu memang mencerminkan kondisi fisik Citarum sebenarnya yang telah tercemar limbah ratusan pabrik di Jawa barat," kata Rahma Shofiana, Juru Kampanye Media Greenpeace. Menurut Rahma, 20 persen industri tekstil Indonesia itu berada di Jawa barat dan limbahnya telah mencemari sungai Citarum.
Greenpeace dan Walhi Jabar mendesak pemerintah Indonesia di semua level untuk berkomitmen terhadap ‘nol pembuangan’ bahan-bahan kimia berbahaya di sungai Citarum "Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan komitmen dari para pemimpin untuk mendorong industri produksi bersih dan bebas toksik," tambah Ashov.
Ketua komunitas Elingan, Deni Riswandini, mengatakan permasalahan pencemaran limbah industri tak kunjung selesai karena adanya pembiaran dari pemerintah. "Ini biasanya terjadi karena pemerintah atau para calon itu sendiri terlibat kontrak politik dengan pengusaha industri yang mencemari aliran sungai. Tentunya kami tidak akan memilih calon gubernur dan wakil gubernur yang melakukan kontrak politik tersebut," kata Deni.
RISANTI