TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menilai fungsionaris Golkar tak mau bersuara keras soal evaluasi pencalonan Aburizal Bakrie lantaran tersandera dengan penetapan daftar calon legislatif yang berada di tangan Aburizal sebagai ketua umum partai.
"Sistem rekrutmen untuk calon presiden itu masih sistem bajakan dan sandera-menyandera," kata Arbi di sela diskusi Mencari Solusi Krisis Kepemimpinan Politik Nasional, di Hotel Sultan, Rabu, 19 Desember 2012.
Karena itu, Arbi juga menilai peluang evaluasi pencalonan Aburizal sebagai kandidat presiden dari Partai Golkar pada 2014 sangat kecil. Dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik ini menyebutkan sentralistik kepemimpinan di Golkar membuat para kader enggan bersuara miring soal pencapresan Aburizal. Apalagi, Aburizal menjadi ketua tim penyusunan daftar calon legislatif dari partai yang akan diusung pada Pemilu 2014 nanti.
Menurut Arbi, wacana evaluasi pencapresan yang disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Golkar, Akbar Tandjung, tak terlalu digubris oleh pengurus partai. Dewan Pertimbangan Golkar telah melayangkan surat peringatan kepada pengurus DPP agar segera mengevaluasi pencapresan Aburizal. Evaluasi itu disebut harus dilaksanakan pada Juli 2013 nanti, tepat setahun menjelang Pilpres 2014.
Wakil Sekretaris Jenderal Golkar, Syamsul Bachri, menyatakan tak ada sandera-menyandera dalam penetapan daftar caleg partai. Menurut dia, partai sangat terbuka pada setiap kader untuk maju sebagai caleg. Untuk persyaratan, partai sudah menetapkan kriteria yang ketat dan menjadi pegangan bersama, yaitu prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tak tercela. "Tidak ada sandera-menyandera, semua bisa memenuhi caleg," kata Syamsul.
IRA GUSLINA SUFA