TEMPO.CO - Psikolog Anna Surti Ariani mengatakan, orang kerap memperolok orang lain yang gemar mengunggah foto di Facebook atau Twitter dan media sosial lainnya sebagai orang yang narsis.
Kata narsis memang berasal dari orang bernama Narcissus dalam mitologi Yunani. Narcissus memang amat mengagumi keelokan dirinya dan selalu bercermin di air. Tapi, orang yang selalu memotret dirinya belum tentu narsistik. “Gangguan psikologis ini sebenarnya tidak sekadar cinta dirinya sendiri,” katanya.
Staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya Jakarta ini mengatakan, gangguan narsistik adalah gangguan yang hanya memperhatikan diri sendiri dan menganggap orang lain tak punya kebutuhan terhadap dirinya.
Seseorang bisa disebut mengalami disorder narsistik, katanya, bila hanya dia yang amat penting, dan “Enggak bisa terima jika ada yang lebih hebat dari dia.”
Selain itu, gejala yang umum terjadi adalah orang ini berfantasi mendapatkan kesuksesan besar, merasa diri cantik, suka pujian, dan minta diperlakukan sebagai orang penting secara berlebihan. “Dia anggap, kalau ada orang mau menempatkan dia sebagai the One secara berlebihan, itu menunjukkan kekaguman orang itu kepadanya.”
Nina menyatakan, kegemaran memajang foto Anda secara berlebihan dan menganggap diri cantik, tak perlu dipusingkan, selama Anda masih punya empati. Jadi, silakan pasang foto di Facebook, dan santai saja.
ISTIQOMATUL HAYATI