TEMPO.CO, Tulungagung-- Sebanyak 300 warga di pesisir Pantai Sine Tulungagung bertahan tinggal di lereng bukit. Mereka menjadi korban sirine yang dipasang Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang tiba-tiba berbunyi.
Sejak enam hari lalu warga di Dusun Sine, Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung ini tinggal di tenda pengungsian di lereng bukit sejauh tiga kilometer dari kampung mereka. Warga yang sebagian besar nelayan ini mengaku takut kembali ke rumah akibat sirine yang dipasang pemerintah daerah tiba-tiba berbunyi, Jumat, 14 Desember 2012 lalu. Sirine itu merupakan bagian dari peralatan early warning tsunami yang terpasang di sekitar perairan pantai selatan Sine.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung Agus Purwanto mengatakan kepanikan warga ini akibat kesalahan teknis sirine yang tiba-tiba berbunyi. Meski tidak ada gempa yang terjadi, sirine itu berbunyi sangat kencang dan menimbulkan kepanikan. "Padahal tidak terjadi apa-apa," katanya, Kamis, 20 Desember 2012 saat menemui pengungsi untuk meminta pulang ke rumah.
Namun apa lacur, warga yang trauma dengan bencana tsunami di Aceh memutuskan tetap bertahan di lereng bukit. Hingga hari ini mereka rela hilir mudik ke laut untuk menangkap ikan di siang hari dan kembali ke pengungsian menjelang malam. Bersama keluarga dan kerabat, warga pesisir ini tinggal di tenda terpal milik Puskopad Kodam V/Brawijaya.
Suwarti, salah satu pengungsi mengatakan sebenarnya beberapa warga sudah berinisiatif turun beberapa hari lalu. Namun mereka kembali berlarian ke lereng setelah merasakan gempa yang cukup besar yang terjadi di Pacitan. "Kalau ada tsunami, siapa yang tanggung jawab," katanya dengan yakin.
Keputusan mengungsi ini bukan tanpa sebab. Sepekan sebelumnya, warga di pesisir Pantai Sine yang memang disinyalir rawan tsunami mengikuti simulasi penanganan bencana yang diselenggarakan BPBD setempat. Dalam simulasi itu mereka dilatih skenario penyelamatan diri dengan mengungsi ke tempat tinggi dan mendirikan tenda.
Alhasil, pelatihan itu benar-benar berhasil. Ketika empat hari usai pelatihan sirene tsunami tiba-tiba berbunyi, mereka dengan serentak menerapkan pelatihan itu. Meski telah berulang kali dibujuk agar pulang ke kampung dan menjelaskan jika terjadi kesalahan teknis, mereka tetap bertahan. Kini petugas BPBD yang kebingungan mengatasi dampak pelatihan tersebut.
HARI TRI WASONO