TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Seksi Informasi Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, Putut Purnomo, menyatakan lembaganya mencatat bahwa laporan kematian itik di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah sudah mencapai 66.159 ekor. Laporan itu menyebutkan, sejak September 2012 sampai pekan lalu, di Jawa Tengah ada 61.459 ekor itik mati. Sedangkan di DIY mulai September 2012 hingga kemarin ada 4.700 kematian.
“Hasil diagnosis laboratorium kami menyimpulkan 90 persen lebih dari kematian itik ini akibat virus avian influenza H5N1 clade 2.3.2,” kata dia, Kamis, 20 Desember 2012.
Menurut Putut, di Jawa Tengah, kematian itik menyebar di 21 kabupaten/kota, sementara di DIY ada di tiga kabupaten. Penyebaran infeksi virus flu burung jenis baru ini di Jawa Tengah paling banyak menyerang peternakan itik di kawasan Demak, Brebes, Karanganyar, dan Tegal. Kematian itik di Kabupaten Demak mencapai 13.200 ekor, di Brebes 11 ribu, lalu di Karanganyar 7.200, dan di Kota Tegal sebanyak 5.220. “Khusus di Demak, laporan hari ini menyebut tak ada tambahan kematian lagi,” kata dia.
Di DIY, kematian 4.700 itik terpusat di kawasan Bantul. Konsentrasi serangan virus ini berada di lima kecamatan di Kabupaten Bantul, yakni Jetis, Sanden, Srandakan, Pleret, dan Sewon. Laporan itik terinfeksi juga datang dari Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, dan Kecamatan Galur, serta Pengasih dan Lendah, Kabupaten Kulonprogo. “Rata-rata virus ini mudah menyerang itik yang digembala di luar kandang dan itik kandang yang kurang nutrisi,” ujar dia.
Hingga kini, kata Putut, Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta belum menemukan sebab pasti penyebaran virus ini, yakni karena mutasi virus avian influenza lama atau bebek impor. Dugaan yang terus menguat, kata dia, mengarah pada indikasi penyebaran virus yang berasal dari bebek peking (itik impor), yang banyak dipelihara bercampur dengan itik lokal sebelum dijual untuk konsumsi. “Di Blitar dan Kediri, tim kami menemukan ada bebek peking yang baru diimpor dan dipelihara di kandang ternak itik lokal terinfeksi virus ini,” ujar dia.
Koordinator Local Disease Control Center (LDCC) Dinas Pertanian DIY, Tri Wahono, menambahkan, Bantul dan Kulonprogo paling rawan terserang wabah flu burung jenis baru. Di lima kecamatan di Bantul sejak September sampai sekarang, ada 2.700 itik mati. Sedangkan di tiga kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, pada periode yang sama, ada 1.900 ekor itik mati. “Di Bantul, kematian terbanyak terjadi pada itik di kawasan Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, yang mencapai 1.600 ekor,” kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM