TEMPO.CO, Trenggalek-- Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyatakan wabah flu burung yang menyerang itik di sejumlah daerah sejak dua bulan terakhir belum termasuk kategori berbahaya. Hingga saat ini jumlah itik yang mati mencapai 9.800 ekor.
Pernyataan tersebut disampaikan Soekarwo saat menghadiri peringatan Hari Nusantara di Kabupaten Trenggalek siang tadi. Gubernur menyatakan wabah flu burung ini belum memaksa pemerintah menerapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). "Belum masuk kategori kejadian luar biasa," katanya, Kamis 20 Desember 2012.
Soekarwo justru meyakini virus tersebut bukan termasuk flu burung atau H5N1. Menurut dia ini hanyalah jenis varian virus baru yang hanya menyerang unggas jenis itik. Virus itu diyakini dibawa dan ditularkan oleh itik impor dari China dan Australia.
Untuk menanggulanginya, Pemerintah Provinsi telah menerjunkan 270 petugas Unit Reaksi Cepat yang terjun ke daerah terinfeksi. Tim ini melakukan sterilisasi tempat yang terinfeksi dan memusnahkan bangkai itik agar tidak menular. Selain itu Soekarwo juga meminta bantuan akademisi dari perguruan tinggi untuk menyelidiki jenis virus yang menyerang dengan cepat dan mematikan ini.
Upaya ini menurut dia memang tergolong lamban mengingat banyaknya kasus kematian yang ada. Hal ini semata-mata disebabkan tidak terduganya serangan ini apalagi mengancam itik yang dikenal memiliki kekebalan tubuh cukup tinggi.
Ketua Tim Reaksi Cepat Propinsi Jawa Timur, Iswahyudi justru meyakini jika virus ini tergolong flu burung yang bermutasi. Hal ini didasarkan dari penelitian laboratorium terhadap bangkai itik terinfeksi. Dari sinilah diketahui jika virus tersebut tergolong H5N1 yang sedikit berbeda dengan virus flu burung yang menyerang ayam. "Bedanya hanya negara asal virus," katanya.
Hingga saat ini Pemerintah Propinsi telah menetapkan empat daerah sebagai endemis, yakni Kabupaten Blitar, Kediri, Tulungagung dan Trenggalek.
HARI TRI WASONO
Berita populer:
MUI: Umat Islam Tidak Usah Ucapkan Selamat Natal
JK: Abaikan Fatwa MUI Soal Ucapan Selamat Natal
Pesawat Kiamat Barack Obama Senilai Rp 21 Triliun