TEMPO.CO , Jakarta: Richard Joost Lino pernah diundang berbicara di sebuah forum besar. Hadir di sana waktu itu Menteri Perhubungan, Jusman Sjafii Djamal, para direktur jenderal dan pejabat lain, juga para petinggi Kementerian BUMN dan pimpinan PT Pelindo II.
“Di situ saya salahkan semua orang,” kata Lino sambil tertawa, di rumahnya di kawasan Pejaten Barat, Jakarta Selatan, kepada Tempo, Rabu dua pekan lalu.
Kali ini pokok soalnya tentang proyek Pelabuhan Bojonegara di Banten. Tanpa basa-basi, Lino mengatakan proyek itu merupakan kesalahan besar pemerintah dalam merancang pelabuhan niaga. Alasannya, Bojonegara dibangun sebagai antisipasi jika kapasitas Tanjung Priok penuh.
Padahal, kata dia, 70 persen barang di Tanjung Priok itu berasal dari sebelah timur Jakarta, yakni kawasan industri di Bekasi, Cikampek, Karawang, dan sebagian lagi dari Bandung. Sedangkan Bojonegara berada 120 kilometer di sebelah barat Jakarta.
“Semestinya dibikin sarana agar lebih murah, bukan sebaliknya,” Lino berargumen. “Kalau Bapak minta saya jadi dirut di Pelindo, saya ingin membatalkan proyek ini.”
Walau sempat bersitegang, Jusman mengatakan bisa menerima orang pilihan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil. R.J. Lino akhirnya resmi diangkat sebagai Direktur Utama PT Pelindo II pada 11 Mei 2009.
Di hari-hari pertama memimpin, ia langsung memanggil kontraktor yang sudah memenangi salah satu paket proyek senilai Rp 350 miliar, yang kebetulan juga salah satu perusahaan milik negara. “Saya bilang, guys, proyek ini harus saya batalkan. Kalau mau klaim, silakan,” katanya. “Mereka sepakat batal tanpa ada klaim apa-apa.”
Lino menjadi salah satu dari enam "CEO BUMN Pilihan Tempo 2012". Cerita selebihnya, baca di Majalah Tempo Edisi 23 Desember 2012.
TIM TEMPO