TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menyatakan terus memburu para terduga pelaku penembakan empat orang polisi di Poso. Hal ini dikatakan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian Republik Indonesia, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar kepada wartawan di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Rabu, 26 Desember 2012 siang ini.
"Ada sekitar sepuluh pelaku," kata Boy kepada sejumlah wartawan siang ini. Boy mengatakan, polisi telah memeriksa 14 orang saksi terkait dengan aksi penembakan di terhadap polisi di Poso ini. "Baru dua yang ditangkap," katanya.
Dua orang yang ditangkap ini bukanlah pelaku penembakan polisi di Poso. "Tapi kedua orang ini memfasilitasi aksi penembakan," kata Boy. Dari penyidikan yang dilakukan terhadap kedua orang telah ditangkap ini, polisi bisa mengembangkan dan mengidentifikasi 10 terduga pelaku penembakan polisi di Poso.
Insiden penembakan polisi ini terjadi di Jalan Trans Sulawesi, di sebuah tikungan di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, pada pukul 10.00 WITA, Kamis, 20 Desember 2012. Sekitar sepuluh orang kelompok bersenjata secara tiba-tiba menyerang satu regu polisi dari Detasemen B Brigadir Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah yang sedang berpatroli di Desa Karola dan Desa Tambarana.
Akibatnya, empat orang anggota polisi tewas tertembak. Mereka adalah Brigadir Satu Ruslan, Brigadir Satu Winarto, Brigadir Satu Wayan Putu Ariawan, dan Brigadir Satu Eko Wijaya. Ruslan tertembak di kepala, serta Winarto dan Wayan tertembak di dada. Ruslan meninggal di tempat kejadian perkara, Winarto di Puskesmas Tambarana, dan Wayan di Rumah Sakit Umum Parigi. Adapun Eko Wijaya meninggal di rumah sakit pada Sabtu 22 Desember lalu.
Polri menduga pelaku penyerangan adalah anak buah Santoso alias Abu Wardah, pemimpin pelatihan teror di Poso. Pada Jumat malam 21 Desember 2012, Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap seorang terduga pelaku berinisial M di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala.
DAVID PRIYASIDHARTA