TEMPO.CO, Bandung - Corak sederhana akan menjadi trend pakaian distro (distribution outlet) di Bandung pada 2013. Warna pakaiannya masih mengandalkan rona pastel seperti abu-abu, brown coffee, putih, dan hitam, namun desainnya lebih berseni dengan olahan gambar tangan.
Dosen ekonomi yang juga pengusaha distro di Bandung, Tubagus Fiki Chikara Satari mengatakan, ada kecenderungan kuat untuk lebih menyederhanakan desain pakaian distro tahun depan. Beberapa gambar lama juga dipakai lagi dengan bentukan baru. "Orang sekarang lebih sederhana, nggak mau yang ribet," katanya kepada Tempo, Rabu, 26 Desember 2012. Ini berbeda dengan tren mode tahun ini.
Baca Juga:
Kesederhanaan itu misalnya jaket hitam dengan paduan sebuah garis yang kontras. Adapun trend gambar kaus distro 2013 misalnya memakai ikon superhero, bersifat glamour, juga yang cool. "Trend yang kuat sesuai segmen pembelinya masih berpeluang besar untuk distro," ujarnya.
Pemilik distro lainnya, Phaerly Maevic Musadi mengatakan, para desainer bakal mengutamakan karya-karya asli yang dibuat sejak awal dengan tangan. "Itu untuk membuktikan bahwa mereka tidak sekedar mengambil atau menyalin gambar dari Internet," ujar pengusaha sablon kaus distro itu.
Selain itu, trend pakaian distro berkembang ke pangsa pasar yang semakin runcing. Semakin dekat menjamah suatu komunitas, peluang usahanya makin terbuka. "Misalnya trend clothing di Cianjur yang dikhususkan bagi warga Cianjur di seluruh dunia," katanya. Komunitas lain yang didekati pelaku usaha pakaian distro seperti kelompok band, musik, dan olahraga.
Di Bandung, persaingan distro bakal makin ketat tahun depan. Sebagian pemilik merek-merek distro lama ada yang membuat merek dan segmen kalangan baru. Menurut Fiki, kini sudah ada sekitar 500-an merk pakaian distro di Bandung. "Ini kekuatan lokal karena tak bisa mengejar barang massal buatan Cina," ujarnya.
ANWAR SISWADI