TEMPO.CO, Malang - Paraseniman Reog dan Jaranan (Kuda Lumping) di Kota Malang tidak akan lagi mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat pementasan di depan publik. Sebab Pemerintah Kota Malang menyediakan halaman BalaiKotasebagai panggung bagi para seniman Reog dan Jaranan.
"Kami intens membina seniman jaranan dan reog," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, Kamis, 27 Desember 2012.
Ida Ayu Wahyuni mengatakan kesenian tradisional, seperti reog dan jaranan, harus terus didukung kelestariannya. Apalagi di Kota Malang saat ini terdapat 50 kelompok seni jaranan dan enam kelompok kesenian reog.
Itu sebabnya para seniman diberikan kesempatan tampil di halaman Balai Kota setiap pekan. Bahkan Pemerintah Kota Malang akan menyelenggarakan festival seni jaranan dan reog setiap tahun, termasuk pula berbagai bentuk kesenian tradisional lainnya.
Ketua Persatuan Reog Ponorogo dan Jaranan Indonesia, Herman Budi Sasono, mengakui betapa sulitnya para seniman mendapatkan tempat khusus untuk menampilkan kemampuannya. ”Di Kota Malang banyak senimannya, tapi tidak punya tempat khusus untuk unjuk ketrampilan,” ujarnya.
Herman menegaskan bahwa kesenian tradisional jaranan dan reog merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan. Jenis kesenian ini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara sehingga diharapkan mampu mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke malang. Apalagi di Malang tidak banyak atraksi budaya maupun obyek wisata andalan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Herman Sumaryono, juga mengatakan Malang tidak memiliki obyek wisata andalan. Wisatawan mancanegara datang ke Malang hanya untuk bernostalgia melihat kawasan Jalan Ijen dengan bangunan tuanya. "Mereka warga Belanda yang pernah bermukim di Malang," ucapnya.
Kota Malang hanya dijadikan sebagai tempat transit oleh para wisatawan mancanegara dari Eropa, Belanda, Prancis, Jerman, dan Amerika, setelah berwisata ke sejumlah lokasi wisata, seperti Gunung Bromo, Semeru, dan Ijen. Setelah transit, mereka melanjutkan berwisata ke Bali.
"Kami bermimpi suatu saat Malang juga menjadi tujuan wisata," tutur Herman. Itu sebabnya Herman sangat mendukung diberiannya wadah bagi kesenian tradisional, seperti Reog dan Jaranan, yang diyakni bisa menarik wisatawan mancanegara.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang diminta agar secara rutin mengagendakan even-even khusus yang menampilkan berbagai jenis kesenian tradisional, termasuk tari topeng yang menjadi ciri khas Malang.
EKO WIDIANTO