TEMPO.CO, Jakarta--Menjelang pergantian tahun ke 2013, para pedagang petasan dan kembang api sudah menjamur di pasar pagi Asemka, Tambora, Jakarta Barat. Lapak-lapak di pinggir jalan yang tadinya banyak berjualan sendal kini berubah menjadi deretan pedagang kembang api. Jumlahnya lebih dari belasan kios.
Ragam kembang api yang ditawarkan cukup beragam. Mulai dari kembang api yang bisa dipegang dengan tangan hingga kembang api yang meletus di angkasa. Aditya, salah satu pedagang kembang api mengatakan salah satu tipe favorit yang dijual petasan yang meletus di udara.
Beragam petasan dan kembang api itu dibanderol dengan harga yang beragam. "Harganya paling murah Rp 12.000, ada juga yang Rp 95.000," kata Aditya, ketika ditemui, Rabu, 26 Desember 2012. Kembang api termurah berisi 4 kembang api yang hanya terdiri dari satu warna. Sementara kembang api yang lebih mahal biasanya berwarna warni dan bisa meletus beberapa kali dalam satu tembakan.
Aditya mengatakan kebanyakan orang membeli dalam jumlah banyak untuk dijul kembali di tempat tinggalnya. Tetapi pembeli grosir tak mendapat potongan lebih besar. "Soalnya kami cuma ambil untung Rp 1.000 atau Rp 2.000 saja," katanya.
Musim menjual petasan datang dua kali dalam setahun, yakni menjelang lebaran dan tahun baru. Musim jualan pun hanya berlangsung sekitar dua minggu. Jika tak habis, barang akan disimpan kembali di dalam gudang.
ANGGRITA DESYANI