TEMPO.CO, Jakarta - Agar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah, mengetahui ragam corak pakaian ala Betawi, perancang busana Emma Amalia Agus Bisri memberikan contoh 14 desain pakaian adat Betawi untuk digunakan pegawai negeri sipil Jakarta mulai 2013 depan.
"Dari karyawan sampai Pak Jokowi akan memakai pakaian itu," ujar Emma di Balai Kota Jakarta, Kamis, 27 Desember 2012. Emma kemudian menyerahkan 14 model yang terdiri dari berbagai corak dan warna yang berbeda.
Untuk PNS perempuan, menurut Emma, ada pakaian jenis kebaya kerancang. Sedangkan PNS laki-laki memakai pakaian lengan panjang, kopiah, dan sarung yang dikenakan di leher (sadariyah). "Ini model kebaya Betawi zaman dulu," ujar Emma.
Mengenai bahan dan warnanya, kata dia, nantinya akan disesuaikan dengan permintaan Jokowi. Dari 14 desain yang ditampilkan, seluruhnya berwarna pastel yang tidak terlalu terang. "Sedangkan untuk bahannya, Pak Jokowi minta dibuatkan yang gampang dipakai dan tidak panas, ruang gerak gampang," ia menjelaskan.
Emma senang seluruh desain yang ditunjukkannya diterima Jokowi. "Beliau sampai bingung, katanya semua bagus. Semua boleh pakai asal atasnya kebaya kerancang dan laki-laki pakai sadariyah dan kopiah," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta, Arie Budhiman, mengatakan, kebijakan penggunaan pakaian ala Betawi ini setiap minggunya akan ditetapkan melalui peraturan gubernur. "Nantinya bekerja sama dengan Biro Organisasi," kata Arie.
Untuk pengadaan pakaian Betawi ini, menurut dia, tak perlu biaya khusus karena pakaian yang dimaksud secara tidak sadar sudah digunakan setiap harinya. Selain Rabu, penggunaan pakaian adat Betawi juga akan dipakai seperti hari-hari yang berhubungan dengan Jakarta seperti ulang tahun Jakarta setiap 22 Juni, Lebaran Betawi, dan lain sebagainya. "Ini dapat memperkuat ciri Ibu Kota Jakarta," ujar Arie.
Dia juga meyakini penggunaan pakaian ala Betawi ini dapat meningkatkan perekonomian di Jakarta. Setidaknya, permintaan pakaian Betawi akan tinggi dan memajukan bisnis para pedagang. "Saya tak tahu hitungan peningkatannya. Tapi jika biasanya dipakai satu tahun lima kali, tahun depan bisa dipakai 52 kali dalam setahun. Frekuensi pemakaian lebih tinggi," katanya.
SUTJI DECILYA
Berita terpopuler lainnya:
FPI Gugat Bupati Soal Misa Natal di Alun-alun
Sopir Livina Maut Nangis-nangis, Tambah Dipukuli
Zarima Tewas dengan Lima Tusukan di Dada