TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk akan menggenjot pertumbuhan pembiayaan sektor properti atau perumahan. Saat ini, pertumbuhan pembiayaan perumahaan di Tanah Air baru 2 persen. Indeks itu jauh di bawah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
"Pasar biaya perumahan masih jauh dari kejenuhan. Di Amerika 80 persen, Korea Selatan 5 persen, Indonesia 2 persen. Masih jauh dari pasar pembiayaan perumahan," kata Direktur Utama BTN yang baru, Maryono, dalam temu pers di menara BTN, Jalan Gajahmada, Jakarta, Jumat, 28 Desember 2012.
Maryono mengatakan, potensi perkembangan pembiayaan perumahan masih terbuka lebar. Dari jumlah pembiayaan perumahaan, baru 19 juta yang membayar secara tunai. "Di 2009, ada 62 juta (unit) pembiayaan kredit. Tahun 2010, sekitar 67,7 juta itu pembiayaan kredit. Sedangkan pembayaran cash baru 19 juta. Artinya, sebagian besar pembiayaan perumahaan itu berasal dari kredit. Dan, itu pangsa pasar bank," kata Maryono.
Sebagai pimpinan baru di BTN, Maryono berkeyakinan bank pemerintah tersebut dapat berkembang. Syaratnya, menurut dia, punya kemauan, kerja sama tim yang baik, dan bisa melakukan terobosan.
Dalam keterangan resminya pertama kali sejak ditunjuk menjadi direktur utama BTN, Maryono menjanjikan BTN akan masuk ke kelompok tujuh besar bank di Tanah Air. "Saya yakin BTN akan jadi bank yang besar. Kalau saat ini BTN masuk kelompok 10 bank besar, saya yakin dalam tempo 15 tahun BTN bisa masuk kelompok 7 besar," ujar Maryono.
Hanya saja, dia menambahkan, hal itu dapat diraih dengan catatan ekonomi Indonesia sehat, dan BI Rate terkendali. Faktor penopang lainnya, pertumhuhan usia produktif, peningkatan konsumsi di atas 4 persen, juga arus modal investasi di atas 25 persen. "Itu akan mendorong peningkatan biaya perumahan," kata Maryono.
SOETANA MONANG HASIBUAN