TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Kongres Amerika Serikat untuk menghindar dari jurang fiskal dengan memilih kenaikan pajak orang kaya diperkirakan bakal berdampak signifikan bagi Indonesia. Momentum ini dinilai bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
"Implikasi dari terkonsolidasinya perekonomian Amerika Serikat tentunya menjadi momentum bagus untuk bisa meningkatkan kinerja ekspor Indonesia ke Amerika Serikat," kata ekonom dari Institute Development of Economy and Finance, Ahmad Erani Yustika, saat dihubungi Tempo, Kamis, 3 Januari 2013.
Hal ini juga bisa membawa angin segar bagi neraca perdagangan Indonesia pada 2013 ini. Nilai ekspor diprediksi bakal meningkat seiring dengan perbaikan kebijakan oleh pemerintah Indonesia sendiri.
Caranya, dengan tak hanya berfokus mencapai pertumbuhan perekonomian, melainkan bagaimana melakukan pemerataan pertumbuhan ekonomi. "Seperti membangun sektor industri," ujar dia.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, defisit neraca perdagangan pada Januari hingga November 2012 mencapai US$ 1,33 miliar. Angka ini merupakan selisih dari nilai ekspor sebesar US$ 174,76 miliar dan impor yang mencapai US$ 176,09 miliar.
Sedangkan pada November 2012, nilai defisit mencapai US$ 478,4 juta. Pada bulan tersebut, nilai ekspor mencapai US$ 16,44 miliar, turun 4,60 persen dibanding November 2011.
Kepala BPS, Suryamin, mengatakan, defisit neraca perdagangan dipicu oleh tingginya impor produk minyak. Sepanjang januari hingga November, impor minyak dan gas mencapai US$ 38,84 miliar. Di sisi lain, ekspor minyak dan gas Indonesia hanya mencapai US$ 34,003 miliar.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terkini:
Harga Emas Naik di 2013
Kata Ekonom Soal Perdagangan Indonesia di 2013
Ditjen Pajak Janji Tindak Pengemplang Pajak
Kebijakan Fiskal Obama Dinilai Untungkan Indonesa