TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agus Martowardojo kembali menegaskan bahwa pemerintah belum berencana menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada 2013. Harga minyak saat ini, yaitu US$ 106 per barel, tidak berbeda jauh dengan asumsi pemerintah. "Asumsi pemerintah US$ 100 per barel, tidak mencapai 10 persen di atas asumsi. Jadi, cuma sedikit bedanya," kata Agus di kantor Kementerian Keuangan, Jumat, 4 Januari 2013
Menurut dia, subsidi BBM dan subsidi listrik yang terus membengkak adalah problem yang lebih penting untuk disorot. Susbidi BBM, kata dia, harus dikendalikan dan dibatasi agar tidak melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebanyak 46 juta kiloliter pada 2013. "Itu betul-betul harus dijaga, dikendalikan, dan dibatasi. Jangan sampai melebihi kuota," kata Agus.
Dalam laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, berdasarkan perhitungan formula harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) pada Desember 2012 sudah mencapai US$ 106,90 per barel, naik dibanding November 2012 sebesar US$ 106,68 per barel. Perubahan harga minyak mentah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Yaitu, meningkatnya permintaan minyak mentah dan produk minyak pada musim dingin di negara-negara di bumi utara, adanya respon positif pasar di Amerika Serikat, Cina dan India.
Beberapa kebijakan ketiga negara itu juga mempengaruhi naiknya harga minyak dunia. Antara lain, kesepakatan kebijakan pemotongan pajak untuk menghindari resesi ekonomi akibat fiscal cliff, produk domestik bruto Amerika Serikat pada kuartal empat tahun lalu yang meningkat sebesar 3,1 persen, meningkatnya kegiatan manufaktur dan penjualan retail di Cina, dan meningkatnya perekonomian India yang terindikasi dengan kenaikan impor minyak mentah India.
Faktor lain yang mempengaruhi harga minyak dunia antara lain ketidakstabilan kondisi geopolitik di Timur Tengah. Saat ini Israel telah menyatakan akan melakukan aksi militer jika Iran tidak menghentikan kegiatan nuklirnya. Di lain pihak, Iran juga melakukan latihan angkatan laut di Selat Hormuz. Perang sipil di Suriah dan instabilitas politik di Mesir juga menjaga faktor kenaikan harga minyak.
Berdasarkan publikasi OPEC dan CGES (Centre for Global Energy Studies), produksi minyak mentah dari negara OPEC bulan November 2012 mengalami penurunan sebesar 0,09-0,21 juta barel per hari dibandingkan produksi Oktober 2012. Stok minyak mentah komersial AS pada Desember 2012 juga mengalami penurunan sebesar 0,7 juta barel dibandingkan bulan November 2012.
"Proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2012 berdasarkan publikasi IEA (International Energy Agency) menunjukkan peningkatan sebesar 0,10 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya."
ANGGA SUKMA WIJAYA