TEMPO.CO, Banyuwangi - Kepala Bidang Kelembagaan dan Budidaya Ternak Dinas Peternakan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Nanang Sugiharto, mengatakan pemerintah Banyuwangi mengajukan permintaan kepada Kementerian Pertanian untuk mengimpor 100 ekor sapi perah dari Australia.
Menurut Nanang, pengajuan impor sapi dari Australia setelah pemerintah Banyuwangi gagal mengimpor sapi dari Kanada. "Australia sudah bebas dari penyakit sapi gila," katanya kepada wartawan, Senin, 7 Januari 2013.
Tahun 2012 lalu, pemerintah Banyuwangi mengajukan izin agar bisa mengimpor 300 ekor sapi perah dari Kanada. Namun, Kementerian Pertanian melarang karena di negara itu sedang berjangkit sapi gila alias mad cow.
Nanang menjelaskan, Banyuwangi butuh pasokan sapi perah impor untuk memperbaiki genetik sapi perah lokal. Semakin bagus genetiknya, maka produksi susu yang dihasilkan juga lebih banyak dan kental.
Saat ini Banyuwangi sedang mengembangkan budidaya sapi perah bekerja sama dengan PT Nestle. Populasi sapi perah pada 2012 sebanyak 1.200 ekor dengan produksi susu hingga 90 ribu liter per bulan. "Sapi perah lokal diambil dari Malang dan Pasuruan," ujar Nanang.
Ketua kelompok peternak sapi perah Kecamatan Purwoharjo, Edi Saputra, mengatakan pemerintah Banyuwangi harus melatih peternak sebelum mengimpor sapi dari luar negeri. Sebab, sapi luar negeri membutuhkan perawatan yang berstandar tinggi. "Kalau petani tak siap, hasil susu sapi impor juga tidak maksimal," ucapnya.
Di Kecamatan Purwoharjo terdapat 40 peternak dengan jumlah sapi mencapai 500 ekor dan produksi susu 600-750 liter setiap hari. Susu dijual ke PT Nestle dengan harga Rp 4.100 per liter.
IKA NINGTYAS