TEMPO.CO, Bima - Kepolisian Resor Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) segera menggelar operasi terpadu untuk mengantisipasi sekaligus menangkap aksi teror. Operasi melibatkan Tentara Nasional Indonesia, pemerintah daerah, dan masyarakat.
"Operasi terpadu dilakukan untuk meningkatakan kewaspadaan serta menjaga keamanan di Bima, terutama terhadap ancaman teroris," kata Kepala Polisi Resor Bima, Ajun Komisaris Besar Dede Alamsyah, Senin, 7 Januari 2013.
Dede mengatakan operasi terpadu tersebut akan dipimpin oleh kepolisian. Bentuk operasi bukan hanya berupa penegakan hukum, melainkan juga memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya teroris. Itu sebabnya operasi melibatkan partisipasi masyarakat.
"Masing-masing pihak memiliki program. Kami akan mensinergikannya,” ujar Dede.
Menurut Dede, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan karena akhir-akhir ini banyak informasi tentang pelaku teror yang berasal dari luar Bima sedang berencana melakukan pelatihan di wilayah hukum Bima.
Mereka mengajak dan mempengaruhi masyarakat setempat untuk melakukan aksi teror dan memicu terjadinya konflik horizontal di masyarakat. "Kami ingin masyarakat memiliki daya tangkal terhadap aksi teror tersebut," ucap Dede.
Dede memaparkan masih ada terduga teroris yang berhasil lolos dari penggerebekan oleh tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Jumat dan Sabtu, 4 dan 5 Januari 2013. Maka Dede meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan terjadinya teror berupa penyerangan obyek-obyek vital. ”Kami dari kepolisian menjaga berbagai obyek vital dengan mengerahkan sepertiga kekuatan,” tutur Dede.
Operasi terpadu, kata Dede, juga berkaitan dengan penetapan status siaga satu untuk seluruh wilayah NTB seperti yang diumumkan Kapolda NTB, Brigadir Jenderal Muhamad Iriawan.
AKHYAR M NUR