TEMPO.CO, Surabaya -PT Pertamina Region Pemasaran V memperkirakan alokasi public service obligation (PSO) atau BBM bersubsidi di wilayah Jawa timur tahun ini bakal naik 6 persen dibanding 2012. Tahun lalu, berdasar APBN Perubahan 2012, Jawa Timur mendapat alokasi sebesar 5.781.887 kiloliter.
Kenaikan 6 persen ini merujuk pengalaman tahun-tahun sebelumnya dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Asisten Hubungan Pelanggan Pertamina Region V, Rustam Aji, menuturkan sejak 2009 hingga 2012 kebutuhan konsumsi BBM bersubsidi di Jawa Timur menunjukkan tren kenaikan.
“Pada 2009 alokasi premium sebesar 2.973.173 kiloliter, naik menjadi 3.793.772 kiloliter di 2012. Sementara alokasi solar pada 2009 sebesar 1.785.912 kiloliter, naik menjadi 1.988.115 kiloliter di 2012,” ungkapnya di Surabaya, 11 Januari 2013.
Rustam memperkirakan, dalam rentang satu tahun, konsumsi BBM bersubsidi mencapai puncaknya saat menjelang akhir tahun. Awal 2012, katanya, konsumsi premium rata - rata sebesar 9.800 kiloliter per hari. Menjelang akhir 2012, melonjak menjadi 10.700 kiloliter per hari. Sama halnya dengan premium, konsumsi solar juga menunjukkan tren yang sama. Awal 2012, konsumsi solar rata - rata 4.800 kiloliter per hari, melonjak menjadi 5.500 kiloliter per hari menjelang akhir 2012.
Selain BBM bersubsidi, Rustam mengakui konsumsi BBM nonsubsidi di Jawa Timur pasca pemberlakuan Peraturan menteri ESDM Nomor 12 tahun 2012, melonjak sekitar 30 persen. "Ada kenaikan penggunaan Pertamax sekitar 30 persen per hari," imbuhnya.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Jatim, Hari Kristanto, memprediksi konsumsi BBM bersubsidi di Jawa Timur pada 2013 naik sekitar 4 - 5 persen ketimbang 2012. Selain karena faktor pertumbuhan ekonomi dan kendaraan, Hari melihat implementasi pembatasan BBM bersubsidi belum berjalan maksimal.
Guna mereduksi konsumsi PSO, Hari mengusulkan skema pengendalian BBM berdasar koridor. Dengan skema ini, Hari mengakui keuntungan pengusaha SPBU akan turun. "Jadi ada jalur - jalur khusus yang hanya menjual Premium, solar dan Pertamax saja. Yang jelas keuntungan pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum akan turun, tapi tidak apa - apa," ujarnya kepada Tempo.
DIANANTA P. SUMEDI