TEMPO.CO, Lampung - Angin kencang dan gelombang tinggi yang terjadi di Selat Sunda membuat arus penyeberangan terganggu. Antrean truk mencapai dua kilometer dari pintu gerbang Pelabuhan Bakauheni, Lampung akibat kapal penyeberangan sulit bersandar.
"Cuaca tidak bersahabat. Kapal kami sulit merapat ke dermaga," kata Manajer Operasional PT. Indonesia Ferry Cabang Bakauheni Heru Purwanto, Kamis 10 Januari 2013.
Kondisi perairan di jalur Bakauheni - Merak yang buruk itu memaksa PT. Indonesia Ferry hanya mengoerasikan 17 dari 40 unit kapal jenis roll on - roll off mereka. Hanya kapal yang berbadan besar dan berada dalam kondisi mesin prima yang diperkenankan beroperasi. Penurunan jumlah ferry dan angin kencang di dermaga, memperparah kemacetan.
Akibat angin kencang, kapal-kapal tidak bisa merapat dengan mudah ke dermaga. Kapal yang hendak sandar harus berhati-hati agar tidak terhempas ke dinding dermaga. Perjalanan menyeberangi Selat Sunda yang normalnya ditempuh hanya 2 jam molor menjadi 5 - 7 jam.
Heru mengatakan arus penyeberangan diperkirakan akan terganggu dua hingga tiga hari ke depan akibat cuaca buruk. Petugas pelabuhan kini hanya bisa mengatur truk dan kendaraan lain, untuk parkir di pelabuhan seluas 25 hektar itu. Areal parkir yang mampu menampung 6 ribu kendaraan kini telah penuh.
Para sopir truk sudah mulai mengeluhkan kemacetan itu. Mereka khawatir biaya perjalanan akan membengkak jika kemacetan terus berlangsung. "Semakin lama tertahan, semakin banyak biaya dikeluarkan untuk makan dan minum di pelabuhan," kata Rasidi, 46 tahun, salah seorang sopir yang sudah menginap satu malam di Pelabuhan Bakauheni untuk menunggu masuk kapal.
Ketinggian gelombang Selat Sunda, menurut rilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Maritim Panjang, mencapai 4 meter di sisi selatan. Kondisi itu membuat gelombang di jalur penyeberangan bisa mencapai 3 meter. "Sementara kecepatan angin mencapai 25 knot atau 46,3 kilometer per jam," kata Neneng Kusrini, salah seorang petugas prakirawan di BMKG Lampung.
BMKG Lampung sudah mengeluarkan peringatan dini agar kapal yang melayani penyeberangan di Selat Sunda mewaspadai angin dan gelombang tinggi. Sementara, kapal nelayan yang berbadan kecil diminta tidak beroperasi hingga ke tengah laut.
NUROCHMAN ARRAZIE