TEMPO.CO, Semarang - Bisnis layanan layanan jasa paket saat ini banyak dipengaruhi oleh peningkatan impor yang meningkat hingga 11 persen. Sementara ekspor justru turun hingga 5,6 persen yang terjadi pada awal 2013 ini. Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jawa Tengah, Tony Winarno mengatakan kondisi itu membuktikan konsumsi domestik saat ini semakin meningkat. “Dampaknya industri logistik banyak ditopang oleh pengiriman barang dari asing,” ujarnya di Semarang 11 Januari 2013.
Menurut Tony, konsumsi impor mampu meningkatkan pengiriman barang perusahaan jasa pengiriman hingga dua digit atau 10 persen. Tak jarang para pengelola usaha ini mulai meningkatkan layanan dengan cara membuka sub jasa khusus pengiriman logistik tertentu. “Ini disebabkan oleh kenaikan omzet bagi sejumlah perusahaan paket yang mampu meraih hingga Rp 3 triliun,” ujar Tony menambahkan.
Sebanyak 43 perusahaan yang tergabung menjadi anggota Asosiasi saat ini aktif semua dibanding tahun lalu yang hanya sebagian. Dari jumlah itu, 15 perusahaan di antaranya berkantor pusat di Semarang.
Sementara itu Ketua Gabungan Pengusaha Ekpor Indonesia Jawa Tengah, Eddy Raharjo membenarkan kondisi ekspor Jawa Tengah agak lesu. Meski begitu ia masih yakin prospek ekpor Jawa Tengah ada peningkatan. “Ekspor di Jawa Tengah masih seputar garmen dan tekstil sedangkan furnitur mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Eddy menyebut turunnya ekspor di Jawa Tengah disebabkan oleh minimnya bahan baku, khususnya jenis furnitur yang mulai krisis kayu jati yang berkualitas. Ia berharap pada tahun ini peluang ekspor Jawa Tengah makin baik, hal ini dipengaruhi kondisi usaha di luar Jawa Tengah yang mulai lesu akibat dilema kenaikan upah minimum regional yang lebih tinggi di banding Jawa Tengah . “Upah minimum Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur lebih tinggi dari Jawa Tengah yang hanya Rp 1,2 juta,” katanya.
EDI FAISOL