TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pelayaran Niaga Indonesia (INSA) menyatakan mendukung konsep Pendulum Nusantara tapi tidak paham bagaimana konsep itu bisa menekan biaya pengiriman logistik.
"Itu bagaimana caranya, tolong kami diberi tahu," kata Wakil Ketua INSA, Asmara Herry, dalam konferensi pers, Kamis, 10 Januari 2013.
Selain minta penjelasan bagaimana konsep Pendulum Nusantara bisa menguntungkan pengusaha, INSA juga meminta pemerintah membenahi pelabuhan, fasilitas penunjang, serta infrastruktur. Selain itu, Asmara juga minta tarif pelabuhan tidak naik terus-menerus.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, menyatakan biaya pengiriman logistik lewat laut bisa ditekan hingga 50 persen dengan Pendulum Nusantara.
Menurut Asmara, komponen biaya logistik terbesar selama ini ada di pelabuhan, yaitu hingga 60 persen. Biaya tersebut antara lain dikeluarkan untuk kebutuhan "stuffing", "storage", bongkar-muat, serta "trucking". Ia pun mengilustrasikan dengan biaya pengiriman antara Jakarta-Medan yang mencapai Rp 6 juta. Sementara porsi biaya untuk pelayaran sendiri, di luar biaya pelabuhan, antara Rp 2 juta - Rp 2,5 juta. Biaya tersebut dibebankan untuk bahan bakar, biaya kru, pengadaan kapal, perawatan kapal atau "maintenance", serta biaya pandu dan sandar di pelabuhan.
"Kalau Pendulum bisa membuat biaya Rp 6 juta turun 50 persen ke Rp 3 juta, yang mana yang ditekan?" ujar Asmara.
Ketua INSA, Carmelita Hartoto, pun menyatakan belum paham konsep Pendulum Nusantara yang direncanakan pemerintah. "Kami sebagai pemain di pelayaran masih bertanya-tanya," kata dia.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, implementasi Pendulum Nusantara dimulai tahun ini. "Sistem ini mengintegrasikan operasi dua pasang pelabuhan, yaitu Belawan (Medan)-Tanjung Priok (Jakarta) dan Tanjung Perak (Surabaya)-Makassar (Sulawesi Selatan)," katanya dalam acara "Review 2012 & Outlook 2013: Transportasi Indonesia", pekan lalu.
MARIA YUNIAR