TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Agus Martowardojo berjanji akan segera berkoordinasi dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta pihak yang terkait lainnya untuk membahas upaya penghematan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Konsumsi BBM selalu melebihi kuota. "Kalau seandainya porsi BBM bersubsidi, plafon tidak bisa dikendalikan, ini sangat tidak sehat," kata Agus dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi Keuangan DPR, Senin, 14 Januari 2013.
Agus mengungkapkan, kuota BBM bersubsidi terus meningkat. Pada 2012, alokasi konsumsi BBM bersubsidi 40 juta kiloliter membengkak menjadi 45,2 juta kiloliter. "Ini mengambil porsi cukup besar dari anggaran. Pada 2012 saja mencapai Rp 211 triliun," katanya. Belum lagi porsi yang diaudit Badan Pemeriksa Keuangan. "Ini juga dibayarkan di anggaran perubahan."
Tahun ini kuota BBM dianggarkan 46 juta kiloliter. "Kalau lebih dari itu akan ada tekanan pada fiskal yang tidak baik," ujarnya. Tingginya anggaran untuk subsidi BBM membuat ruang fiskal menjadi terbatas. "Kami mengharapkan ada solusi," ujarnya.
Tingginya kebutuhan minyak di dalam negeri ini juga tercatat menjadi sumber defisit pada neraca perdagangan 2012. Defisit tercatat mencapai US$ 1,3 miliar pada Oktober 2012 dan diprediksi mencapai US$ 1,5-2 miliar hingga akhir 2012. "Ini kelihatannya perlu diwaspadai," kata Agus.
Ia menjelaskan, defisit migas terakhir kali terjadi di 2008, tapi setelah itu positif. "Tahun lalu kami perkirakan akan defisit," ujarnya. Adapun defisit perdagangan terakhir kali terjadi pada 1961. "Ini area yang mesti disimak hati-hati oleh pemerintah dan stakeholder, karena ini diperkirakan berlangsung kembali."
MARTHA THERTINA