TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute Development Economy and Finance (INDEF), Aviliani, memperkirakan perekonomian Indonesia masih akan tumbuh di atas 6 persen hingga 2014. Menurut dia hal ini terjadi karena arus investasi dan konsumsi domestik yang cukup tinggi. "Saat Amerika dan Eropa terkena krisis, investasi akan masuk pada negara berkembang seperti Indonesia," kata dia kepada Tempo, Ahad 13 Januari 2013.
Aviliani yakin konsumsi dan investasi akan menopang perekonomian Indonesia di tengah krisis ekonomi global. Negara-negara maju, kata dia, masih akan memilih Indonesia sebagai tempat investasi karena dianggap aman dan cukup menjanjikan karena pasar yang potensial. Apalagi, saat ini dua pesaing Indonesia yakni Cina dan India mengalami gejolak. “Situasi politiknya tengah memanas dan dan inflasinya cukup tinggi," ujarnya.
Meski investasi tetap tumbuh, Aviliani berharap agar pertumbuhan tidak hanya terjadi di sektor pasar modal. Menurut dia, Indonesia seharusnya mendapat suntikan investasi yang sehat , yakni investasi yang bisa menggerakkan sektor riil nasional dan menciptakan lapangan kerja.
Selain itu, Aviliani khawatir tingginya konsumsi domestik akan memicu kenaikan impor. Akibatnya, neraca perdagangan Indonesia terperosok dalam jurang defisit. "Tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah nilai tukar yang terus melemah dan defisit neraca perdagangan. Pemerintah harus mengupayakan solusi atas masalah tersebut,” katanya.
ANGGA SUKMA WIJAYA