TEMPO.CO , Jakarta: Buruknya cuaca dalam beberapa bulan terakhir mengakibatkan nelayan kesulitan untuk melaut. Alhasil, tangkapan mereka pun berkurang karena kesulitan menangkap ikan di tengah cuaca berangin yang terus menerbangkan jaring-jaring mereka.
Menurut salah seorang nelayan bernama Nurjaya (44), yang ditemui di Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara, Senin, 14 Januari 2013, cuaca buruk tahun ini adalah yang paling buruk yang pernah ia alami. Paling tidak dalam tiga tahun terakhir.
"(Cuaca) jelek, sudah seminggu, ini yang parah. Setiap tahun memang ada cuaca buruk, tapi paling parah tahun ini," ujar Nurjaya.
Nurjaya menjelaskan, hal yang ia jadikan tolak ukur untuk mengatakan bahwa cuaca buruk tahun ini adalah yang terburuk dilihat dari mampu atau tidaknya kapal besar melaut. Sejauh yang ia alami, kapal berukuran 60 gross ton (GT), alah satu yang terbesar, saja tak mampu hadapi angin kencang serta ombak tinggi seminggu terakhir.
"Untuk ukuran 60 GT, kapal sebesar itu biasanya mampu melawan ombak setinggi 3 meter, meski ampun-ampunan juga. Sekarang, ditambah angin sampai 20 knot-30 knot, ombaknya setinggi 4 meter, enggak kuat kapal 60 GT itu," ujar Nurjaya.
Nurjaya menambahkan, jika kapal 60 gross ton saja tak mampu melaut, jangan harap bisa menemukan kapal 30 gross ton ke bawah melaut dalam waktu dekat. Sejauh yang ia tahu, pemilik kapal 30 gross ton ke bawah lebih memilih untuk menunggu cuaca tenang dibanding habis dilahap ombak besar.
"Asal tahu saja, kalau ombaknya gede, kapal segini (60 GT) jadi kelihatan kecil. Kapal kecil sudah jelas nggak bisa melaut," ujar pria yang mengaku telah melaut selama puluhan tahun dan memilik kapal 60 GT.
Pantauan Tempo di TPI Muara Angke serta Pelabuhan Muara Angke, tampak puluhan kapal berukuran 40-60 gross ton berlabuh. Nelayan mengatakan kapal-kapal itu sudah tidak melaut selama seminggu.
ISTMAN MP