TEMPO.CO, Jakarta - Debt Capital Market PT Trimegah Securities Sony Pande memaparkan untuk obligasi pemerintah, diperkirakan investor masih menahan dananya sambil menunggu perkembangan situasi ekonomi selama semester pertama tahun ini. "Karena volatilitas masih tinggi, jika pun ada lebih kepada obligasi dengan jangka pendek," kata Sony, ketika dijumpai di Trimegah Investors Forum, Selasa, 15 Januari 2013.
Volatilitas tinggi ini tak lepas dari pergerakan rupiah , kondisi neraca perdagangan, hingga kebijakan BBM subsidi yang masih belum pasti. Untuk membeli obligasi pemerintah, investor masih menunggu langkah-langkah riil yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun Kementerian Keuangan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Untuk sementara, investor akan beralih ke obligasi dengan jangka waktu tak lebih dari 10 tahun. Hal ini juga berlaku bagi investor asing. Bahkan diperkirakan akibat kondisi ekonomi yang belum pasti ini, akan terdapat capital outflow setidaknya Rp 2 triliun dari investor asing."Tidak besar memang, karena untuk asing juga beralih ke jangka waktu lebih pendek."
Untuk tahun ini, rencananya pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara sebesar Rp 180,44 triliun. Penerbitan surat utang tersebut, merupakan bagian kebijakan pemerintah untuk menjaga defisit anggaran mengingat pemerintah juga memiliki kewajiban membayar SUN yang jatuh tempo pada tahun ini sebesar Rp 87 triliun.
Dari sisi likuiditas, sebenarnya likuiditas surat utang saat ini terus meningkat. Dibanding volume rata-rata harian pada 2011 yang hanya sebesar Rp 6,5 triliun, pada 2012 volume rata-rata harian sudah mencapai sebesar Rp 7 triliun.
Sementara itu, komposisi kepemilikan SUN saat ini mayoritas masih dimiliki oleh investor asing yaitu sebesar 33 persen. Untuk SUN jangka panjang, dengan tenor hampir sampai 20 tahun, bahkan komposisi kepemilikan asing mencapai 71 persen. Naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 69 persen.
Komposisi asing yang tinggi ini tak lain disebabkan oleh beberapa faktor positif ekonomi di dalam negeri. Antara lain pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi dengan target di atas 6 persen pada tahun ini.
Selain itu juga karena kondisi global yang belum menentu. Amerika dan Eropa diperkirakan masih memberikan tingkat suku bunga yang rendah bagi para investor."Jadi kita harap masih ada investasi masuk ke Indonesia," tegasnya.
GUSTIDHA BUDIARTIE