TEMPO.CO, Lisbon - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, menegaskan Amerika Serikat tak akan mengirimkan pasukannya ke Mali. Mereka berharap Prancis akan bisa menjaga stabilitas keamanan di negara Afrika Barat itu.
Panetta menyatakan hal itu dalam sebuah konferensi pers di Lisbon, bersama Menteri Pertahanan Portugis, Jose Aguiar Branco.
Dalam menghadapi situasi di Mali, kata Panetta, AS hanya menyiapkan asistensi intelijen bagi Prancis dalam memerangi ekstremis. Mereka juga belum berencana untuk mendaratkan pesawatnya di sana, termasuk jika pesawat itu dipinjam untuk mengangkut dukungan logistik. Ia menyatakan AS masih mempelajari bantuan apa yang bisa diberikan.
Komentar itu muncul setelah pasukan Prancis melakukan pengeboman sepanjang malam di sebuah kota kecil Mali, untuk mengusir ekstremis Islam yang merebut daerah itu, termasuk kamp militer strategis.
Sementara itu, iring-iringan 40 sampai 50 truk tentara Prancis memasuki Mali dari Pantai Gading. Banyak pihak menduga, Prancis akan memulai serangan darat. Pemberontak dikabarkan kian dekat ke Bamako, ibukota Mali.
Panetta menyatakan operasi militer penting, kendati ia menyatakan AS belum berniat mengirimkan pasukan. Dia menyatakan nafas Al Qaida dalah kelompok Maghreb, dikenal juga sebagai AQIM, dan kelompok afiliasi lainnya di Mali memang tak secara langsung mengancam AS, "Namun pada akhirnya tujuan mereka sama," katanya.
AP | TRIP B