TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta Umar Idris mendesak kepolisian mengusut tuntas kekerasan terhadap jurnalis yang meliput unjuk rasa di depan kantor bos Metro TV, Surya Paloh, Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Januari 2013. Sebanyak 30 orang yang terafiliasi dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) menyerang pengunjuk rasa Aliansi Melawan Topeng Restorasi (Aliansi Metro). Para jurnalis juga menjadi korban.
"Ada jurnalis TVRI yang dipaksa menghapus gambar unjuk rasa," kata Umar, Rabu, 16 Januari 2013. Jurnalis yang menulis berita melalui BlackBerry juga dipaksa menghapus tulisan maupun foto yang mengabadikan kekerasan ini.
Padahal, kata dia, unjuk rasa yang dimotori oleh Aliansi Melawan Topeng Restorasi (Metro) dan Aliansi Sovi (Solidaritas Perempuan untuk Luviana) itu hanya menuntut pemilik Metro TV sekaligus pendiri Partai Nasional Demokrat, Surya Paloh, agar mempekerjakan Luviana kembali. Luviana merupakan asisten produser Metro TV yang di-PHK secara sepihak.
Umar mengecam polisi yang terkesan membiarkan penyerangan dan kekerasan terjadi. "AJI sangat menyayangkan pola-pola kekerasan seperti ini," ucap Umar. Ia mendesak polisi agar menyeret pelaku kekerasan dan perusak alat-alat demonstrasi.
Kasus Luviana mencuat awal 2012, dan hingga kini tidak ada penyelesaian. Kasus ini semakin mencuat karena Metro TV menghentikan gaji luviana sejak Juni 2012, meski belum ada putusan tetap dari pengadilan terhadap PHK. Kini, AJI Jakarta mendampingi kasus ini bersama LBH Pers, Aliansi Melawan Topeng Restorasi (Metro), dan Aliansi Sovi (Solidaritas Perempuan untuk Luviana).
ADITYA BUDIMAN | AFRILIA SURYANIS