TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Imam Santoso mengatakan dari tahun ke tahun daerah permukiman warga yang menjadi titik luapan Kali Ciliwung tidak berubah.
Daerah yang menjadi titik luapan Kali Ciliwung antara lain, Bukit Duri, Kebon Baru, Bidara Cina, kampong Melayu, Pangadegan, Gang Arus, Rawa Jati, Kalibata, Teluk Betung, Kebon Kacang, Tomang, Rawa Kepa, Jelambar, Pluit, dan Kapuk Muara. “Setiap tahunnya masih daerah-daerah tersebut yang menjadi titik luapan, belum ada penambahan hanya saja
air semakin merembet akibat padatnya permukiman di bantaran Ciliwung,” kata Imam kepada Tempo, Rabu, 16 Januari 2013.
Menurut Imam, hanya dengan melakukan normalisasi Kali Ciliwung yang membuat luapan sungai tidak sampai ke permukiman warga. Sebab, saat ini Kali Ciliwung hanya mampu menampung sekitar 30 persen aliran air. “Harus segera dilakukan normalisasinya, tidak ada solusi lain. Memang saat ini hanya 30 persen air yang dapat ditampung di Kali Ciliwung," ujarnya.
Namun, kata Imam, normalisasi Ciliwung belum dapat dilakukan karena terhambat pembebasan lahan. “Kalau pembebasan lahannya sudah dilakukan ya kami langsung konstruksikan, tapikan ini belum masih banyak warga yang bertahan tinggal di bantaran sungai.”
Saat ini, Kementerian PU sedang mengerjakan normalisasi Kali, Angke, Pesanggrahan, dan Krukut. “Masih dalam pelaksanaan, tapi saat ini belum mampu menampung seluruh debit air sungai,” kata Imam. “Sekarang baru Kanal Banjir Timur dan Barat yang sudah selesai, ya diharapkan dapat secepatnya melakukan normalisasi Kali Ciliwung.”
AFRILIA SURYANIS