TEMPO.CO, Batam - Hari-hari ini, Arifin, nelayan di Pulau Sembakau, terpaksa mencari pekerjaan lain selain mencari ikan. Pria berusia 50 tahun ini khawatir di musim angin seperti sekarang bukannya ikan yang dia dapat dari melaut, namun malah kecelakaan. “Dua minggu ini saya di rumah saja,” ujarnya, Kamis, 17 Januari 2012.
Namun ia beruntung karena masih ada pekerjaan alternatif, yaitu mengumpulkan sengkang hingga 40 kilogram per hari. Sengkang adalah tanaman sejenis rumput laut yang biasanya mengapung di permukaan air. Sekilogram sengkang bisa dijual Rp 1.000.
Kepala Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Batam, Tri Agus Purnomo, membenarkan buruknya cuaca di Batam. Selain karena tinggi gelombang laut di perairan Kepulauan Riau mencapai dua hingga empat meter, cuaca diperkirakan bisa berubah secara tiba-tiba.
Tri Agus minta pengguna jasa angkutan laut agar memperhitungkan keselamatan sebelum bepergian. Sebab, tinggi gelombang di perairan Batam mencapai 2 meter bila terjadi awan gelap. "Awan gelap ini tiba-tiba datang," kata Tri.
Waktu awan gelap yang sering disebut awan CB ini tidak hanya membuat ombak laut tinggi akibat angin kencang, tapi juga disertai hujan lebat. Selain itu, petir dan angin puting beliung datang tiba-tiba dan bisa menghancurkan rumah warga.
Ahad lalu, puluhan rumah rusak berat, pohon tumbang, bahkan ada rumah yang rata dengan tanah. Angin saat ini adalah angin masuk dari utara dengan kecepatan 40 kilometer per jam. Adapun Perairan Natuna tinggi gelombang lautnya mencapai 4 meter.
Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Dan Lanal) Batam, Nurhidayat mengatakan, Pulau Sembakau yang masuk peta Singapura tersebut bukan Pulau Sembakau milik Indonesia. Sebab, dilihat dari peta yang ada, Pulau Sembakau yang waktu tempuhnya dari Batam 15 menit tersebut dikelilingi pulau lain yang masuk NKRI. "Jadi enggak benar itu," katanya.
RUMBADI DALLE