TEMPO.CO, Meriden - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration) telah menyetujui vaksin flu baru yang dibuat tanpa menggunakan telur ayam. Teknik berbasis telur adalah cara konvensional yang selama puluhan tahun digunakan untuk membuat vaksin influenza.
Vaksin flu yang beredar di pasaran saat ini juga dihasilkan dari virus flu yang dilemahkan dan ditumbuhkan dalam telur ayam. Sementara vaksin yang baru, disebut Flublok, hanya menggunakan sebagian dari virus flu, yakni hemagglutinin. Protein pada permukaan tubuh virus flu ini dimasukkan ke dalam sel serangga. Protein akan berkembang dalam jumlah banyak seiring pertumbuhan sel serangga.
"Protein ini kemudian dimurnikan dan dimasukkan ke dalam vaksin," kata pejabat Protein Sciences Corp, perusahaan yang membuat Flublok, Jumat, 18 Januari 2013.
Vaksin Flublok bisa melindungi manusia dari serangan tiga strain flu: dua strain virus influenza A (H1N1 dan H3N2), dan satu strain virus influenza B. Orang dewasa usia 18-49 tahun dapat mengkonsumsi vaksin ini. Vaksin ini mengandung bahan aktif tiga kali lipat ketimbang vaksin konvensional.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah Flublok memberikan efek samping lebih minim? Pejabat FDA menyatakan Flublok menimbulkan efek samping yang mirip dengan vaksin berbasis telur. Antara lain, rasa nyeri di lokasi penyuntikan, sakit kepala, dan nyeri otot. "Vaksin ini disuntikkan di lengan atas," ujarnya.
Flublok telah diuji coba terhadap 2.300 orang. Pengujian dengan plasebo juga dilakukan terhadap jumlah orang yang sama. Hasilnya, Flublok efektif melawan semua strain virus flu yang beredar. "Tingkat efektif sebesar 44,6 persen," kata FDA.
Efektivitas vaksin flu tahunan tergantung pada beberapa faktor, salah satunya seberapa mirip strain virus flu yang digunakan untuk membuat vaksin dengan strain yang beredar di lapangan. Vaksin flu yang beredar tahun ini tercatat 62 persen efektif menangkis virus.
Pejabat perusahaan mengatakan, Flublok tahun ini masih diproduksi dalam jumlah terbatas. Namun, vaksin diharapkan dapat tersedia secara luas pada musim flu berikutnya. "Biasanya dimulai saat musim gugur," katanya.
LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI