TEMPO.CO, Kupang--Puluhan ribu penduduk desa terpencil di Pulau Rote dan Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, sudah dua pekan ini mengalami kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Ini terjadi lantaran ditutupnya pelayaran ke sejumlah daerah karena cuaca buruk. "Tidak ada kapal yang berlayar ke daerah itu," kata agen penyalur minyak dan solar Kabupaten Rote Ndao, Suwonto, ketika dihubungi Tempo Jumat, 18 Januari 2013.
Akibatnya, penduduk di dua pulau itu, yang berjumlah sekitar 90 ribu jiwa, hanya mengandalkan ketersediaan BBM yang disimpan sepekan sebelumnya. Sebenarnya, menurut dia, persediaan BBM di agen di luar pulau masih ribuan liter. "Stok kami masih ada sekitar 1.500 drum yang belum terangkut," ujarnya.
Kelangkaan itu menyebabkan aktivitas di Pulau Rote sepi. Masyarakat memilih berdiam di rumah demi mengirit pemakaian Premium. Kalaupun bisa membeli BBM, mereka harus membayar Rp 15 ribu per liter untuk jenis Premium.
"Hanya dua pengecer yang masih menjual BBM. Yang lain memilih tutup sementara," kata Libert, warga Rote Ndao. Penjualan BBM ini hanya dilakukan sampai siang. Padahal biasanya penjualan BBM dilakukan sampai sore hari.
Libert mengatakan, krisis BBM ini sudah dirasakan warga dalam sepekan terakhir ketika persediaan BBM di pengecer makin tipis. Jika tidak teratasi, kata Libert, segala aktivitas Pulau Rote bisa lumpuh. "Sekarang saja sudah tampak sepi. Jika masih kosong, maka Rote bagai kota mati," katanya.
Krisis BBM juga melanda Pulau Sabu Raijua karena penutupan pelayaran ini. Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome, membenarkannya. "Ini sudah biasa terjadi setiap tahun jika pelayaran ditutup. Kami sudah anggap biasa," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTT, Fredik Tielman, mengatakan masih melakukan koordinasi lintas sektor dengan Pertamina, Pelni, dan Dinas Perhubungan untuk mengatasi masalah ini. "Kami berharap Kapal Pelni bisa mengangkut BBM ke dua pulau terpencil itu," katanya.
YOHANES SEO