TEMPO.CO, Pamekasan - Misturi tampak lemas. Gairah hidup warga Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan ini seolah hilang setelah 10 pasang burung lovebird miliknya raib digondol maling. "Kejadiannya habis salat subuh," katanya, Sabtu, 19 Januari 2013.
Misturi bercerita, pada sabtu lewat tengah malam, dia mendengar suara burung yang gaduh dari dalam dapurnya. Dia lantas pergi ke dapur melihat keadaan. Namun burung lovebird-nya masih ada. Menjelang pagi, Misturi kembali mendengar suara cericit burung dari dapurnya. Dia pun lantas ingin mengecek, tapi pintu dapur tidak bisa dibuka.
Rupanya, pintuk dapur ditahan dengan kursi oleh pencuri yang berjumlah empat orang. Setelah semua burung diambil para pencuri kabur ke kebun jagung. "Saya kejar, tapi sudah menghilang, saya sudah lapor ke kepala desa," ujar Misturi.
Dia mengaku belum bisa menerima kenyataan burung lovebird-nya hilang. Sebab, Misturi yang berprofesi sebagai juragan barang bekas ini harus menjual mobil dan emas untuk bisa membeli 10 pasang lovebird tersebut. "Sepuluh pasang harganya Rp 150 juta," katanya.
Di Pamekasan, ternak burung lovebird memang sedang diminati masyarakat. Meski modalnya yang diperlukan tidak sedikit, dipastikan modal tersebut akan kembali dalam waktu singkat. Harga seekor anak burung lovebird yang baru menetas bisa mencapai Rp 2 juta per ekor.
Sementara itu, catatan kepolisian resor pamekasan menunjukkan angka kriminalitas di Pamekasan di awal tahun 2013 ini cukup tinggi, terutama kasus pencurian. Bahkan, aksi pencurian cenderung nekat karena dilakukan di siang hari. "Di Desa Laden, sudah ada lima kasus pencurian disiang hari," kata Kepala Polsek Kota Pamekasan, Ajun Komisaris Mustagfir.
MUSTHOFA BISRI