TEMPO.CO , Jakarta:Penyanyi cilik era 80-an Ira Maya Sopha menilai potensi penyanyi usia belia tak sejalan dengan maraknya lagu anak-anak di Indonesia. Pasalnya, belum ada kekompakan semua pihak yang ingin menggairahkan kembali industri lagu anak itu sendiri.
"Lagu anak Indonesia belum lagi terjadi regenerasi gemilang di industri musik Indonesia," katanya kepada Tempo, Selasa, 15 Januari 2013. "Pada akhir 80-an sampai kini, lagu anak yang bersifat tidak komersial saja tapi abadi sepanjang masa, hanya bisa dihitung dengan jari."
Padahal kata Mama Ira-begitu dia disapa-kualitas penyanyi cilik jauh di atas ketimbang zaman Ira atau dua dekade kemudian. Kondisi itu muncul lantaran dua faktor, yaitu kemajuan teknologi serta menjamurnya sekolah-sekolah pendukung.
"Suara anak-anak zaman sekarang jauh lebih baik dari segi teknik vokal. Karena Semakin banyak sekolah musik dan vokal yang bisa membantu mengarahkan talenta mereka lebih optimal," ujar perempuan berusia 44 tahun ini.
Untuk mengulang momen kejayaan lagu anak seperti puluhan tahun lalu, dibutuhkan kolaborasi semua pihak seperti orang tua, pencipta lagu, pemusik, produser serta media. "Kalau ada materi lagu bagus dan mendidik tapi tidak didukung oleh industri, hasilnya pun tidak maksimal," katanya.
Bicara soal industri, kondisi ini tak lepas dari pengaruh menukiknya angka penjualan fisik seperti CD. Ringback tone yang kemudian dijadikan solusi, belum bekerja maksimal. Penyebabnya, tingkat pembajakan masih cukup memprihatinkan.
Mama Ira khawatir anak-anak zaman sekarang menjadi dewasa sebelum waktunya. Penyebabnya mereka hanya dicekoki lagu-lagu cinta yang mendayu-dayu misalnya. Dia membandingkan saat momen keemasan lagu anak-anak begitu subur di zamannya seperti Helli (Chicha Koeswoyo), Mak Inem (Adi Bing Slamet), dan Cinderella Sepatu Kaca (Ira Maya Sopha). Kemudian di awal dan akhir tahun 90-an ada Lumba-Lumba (Bondan Prakoso), Si Nyamuk Nakal (Eno Lerian), Kuku-Kuku (Chiquita Meidi), Air (Joshua Suherman), dan lainnya.
Tapi setidaknya penyanyi cilik sudah menjamur sejak dekade 2011-an. Perbedaannya, semua didominasi dalam bentuk grup vokal, mengikuti tren boyband dan girlband. Sayang, pemakaian tema lagu tak murni lagu anak-anak.
YAZIR FAROUK