TEMPO.CO , Jakarta:Kemunculan penyanyi cilik di dekade 2011-an dalam bentuk kelompok musik, baik boyband maupun girlband dinilai sebagai aji mumpung. Format mereka dianggap hanya mengikuti tren.
"Eksistensi boyband atau girlband cilik, banyak yang instan dan hanya mengikuti tren saja. Jarang ada yang bisa seabadi Pretty Sister, duet Imaniar dan Lisa Nursaid dan keluarga pada zaman saya dulu," kata penyanyi cilik era 80-an Ira Maya Sopha kepada Tempo, Selasa, 15 Januari 2013.
Mama Ira-begitu dia disapa-mengatakan semestinya pilihan terjun sebagai penyanyi di jagat hiburan bukan semata-mata kesempatan, melainkan hobi. Dengan begitu, hasilnya pun akan berbeda. "Jadi memiliki target pencapaian keberhasilan optimal di industri musik Indonesia," ujarnya.
Tapi setidaknya, kata dia, fenomena itu sedikit bisa mengembalikan gairah industri musik anak. Rasanya tak patut memberikan cap "haram" kepada boyband dan girlband cilik.
"Sebaiknya kita tetap memberikan porsi keberadaan anak-anak tersebut untuk berkarya seni, selama sesuai dengan jalurnya," kata pelantun Cinderella Sepatu Kaca ini.
Sekarang ini sederet boyband dan girlband cilik cukup dikenal di Indonesia. Mereka antara lain Coboy Junior, Lollypop, Super 7, 3C, dan SwittinS. Namun hanya Girlband 3C yang memiliki lagu bertema "umum".
Sisanya, ada yang mengganti penggalan lirik menjadi lebih ramah untuk anak-anak seperti lagu Aku Bukan Boneka-nya Rini Idol yang dibawakan Lollypop. Coboy Junior dan SwittinS dianggap "terlalu tua" pada lagunya. Seperti pada tembang mereka berjudul Kamu dan Belum Cukup Umur.
YAZIR FAROUK