TEMPO.CO, Yogyakarta - Putri bungsu Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamanegku Buwono X, Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni mengusulkan pemerintah lebih gencar mengkampanyekan ilmu bela diri agar semakin diminati kaum perempuan.
"Kalau penengakan hukum atas korban perkosaan masih belum membuat jera, seharusnya ada cara lain, seperti kampanye ilmu beladiri agar perempuan semakin tertarik ikut," kata perempuan yang akrab disapa Jeng Reni itu di Yogyakarta Sabtu 19 Januari 2013.
Reni yang sempat beberapa waktu belajar ilmu silat itu mengatakan kemampuan belajar bela diri bagi perempuan akan sangat relevan. Terlebih lagi, jika perempuan itu tinggal di kawasan yang tingkat kriminalitasnya tinggi.
"Tidak perlu sampai sabuk hitam, setidaknya bisa menguasai kemampuan memprotect dan melepaskan diri dengan lebih kuat dan terlatih," kata perempuan yang merupakan atlet sepatu roda pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Riau tahun 2012 itu.
Reni menuturkan kampanye olahrga bela diri bagi perempuan harus dilakukan lebih persuasif dan bisa masuk hingga ke kampung-kampung, dan tidak sebatas ruang pemerintah atau gedung olahraga. "Jadi masyarakat bisa tertarik dan lebih mengena," kata dia.
Reni mengaku geram dengan terus munculnya kasus perkosaan di tanah air namun para pelakunya masih diberi hukuman yang tidak sebanding dengan yang telah dilakukan. Saat pemerintah masih belum bisa menekan angka korban kekerasan pada perempuan, ia mengaku prihatin masih ada sikap-sikap pejabat yang tidak memberi contoh tentang penghargaan pada perempuan.
Salah satu yang disayangkannya Reni adalah pernyataan calon hakim agung Daming Sanusi saat uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Komisi Hukum DPR beberapa waktu lalu. Daming sempat mengatakan, yang diperkosa dengan yang memperkosa sama-sama menikmati. "Semoga tidak ada lagi pejabat yang membuat lelucon soal perkosaan, tapi membenahinya agar tidak terjadi perkosaan," katanya.
PRIBADI WICAKSONO