TEMPO.CO, Surakarta - Rentenir kini menyasar pedagang di pasar tradisional untuk melanggengkan bisnisnya. Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo mengatakan mendapat laporan bahwa ada banyak pedagang pasar tradisional di kota itu terjerat rentenir. “Bunga pinjaman rentenir bisa sampai 40 persen. Ini merugikan pedagang,” katanya di Surakarta, Selasa, 22 Januari 2013.
Rudy, panggilan karibnya, mengaku pernah berurusan dengan rentenir ketika hendak membayar utang ibunya. “Ibu saya pedagang pasar dan pinjam uang ke rentenir,” ujarnya.
“Pedagang pasar yang untungnya tidak seberapa, masih harus mengangsur ke rentenir dengan bunga tinggi,” katanya. Dia mencontohkan untuk pinjaman Rp 100 ribu, pedagang hanya mendapat Rp 90 ribu karena Rp 10 ribu untuk administrasi. Kemudian pedagang harus mengangsur Rp 13 ribu per hari selama 10 hari.
Dia berjanji akan menindak tegas rentenir yang ketahuan masuk ke pasar tradisional. Dia mengatakan solusi agar pedagang pasar tradisional tidak terjerat rentenir adalah mendirikan koperasi pedagang.
Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Subagiyo mengakui ada rentenir yang beroperasi di pasar-pasar tradisional. Tapi umumnya kedatangan rentenir sekadar menagih angsuran. “Kalau transaksi perjanjian utang biasanya di luar pasar,” katanya. Pihak Dinas akan memasang papan bertulisan rentenir dilarang masuk.
Solusi lainnya mendirikan koperasi. Subagiyo mengatakan, dari 43 pasar tradisional, 19 di antaranya sudah memiliki koperasi pedagang. “Nanti akan kami bikin koperasi di pasar-pasar lainnya,” katanya.
UKKY PRIMARTANTYO