TEMPO.CO, Jakarta-Memasuki 100 hari pertama pemerintahannya di ibu kota, pasangan Gubernur Joko Widodo dan wakilnya Basuki T. Purnama digempur bencana banjir besar di Jakarta. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, banjir merendam sampai 14 persen wilayah Jakartaini sudah menghitung jantung kota dan Istana Negara.
Bencana diakui memutus irama agenda menentukan nasib proyek raksasa pembangunan jaringan transportasi publik Mass Rapid Transit. Selama berminggu-minggu Jokowi-Ahok memperjuangkan perubahan skema persentase beban utang Rp 15 triliun yang harus ditanggung antara Pemerintah DKI dan Pemerintah Pusat.
Bencana juga dipastikan menambah beban lewat infrastruktur yang rusak sepeninggal banjir. Belum lagi kebutuhan merumahkan kembali warga yang rumahnya rusak ataupun desakan membebaskan lahan di bantaran sungai yang terbukti tidak mudah.
Menghadapi itu semua Jokowi menyatakan tetap optimistis. "Lihat dong wajah saya. Masih semangat toh," katanya di Balai Kota Senin 21 Januari 2013. Dia menambahkan, "MRT dan monorel, kalau tidak ada banjir, sudah saya putuskan."
Fokus menangani masalah banjir menjadi seperti tanda antar bab dalam masa pemerintahannya ini. "Sampai Jakarta sudah aman, baru bicara yang lain," ujarnya mennujuk satu proyek lainnya, Multi Purpose Deep Tunnel.
Wakil Gubernur Basuki T. Purnama sendiri mengucap syukur sudah sampai di 100 hari pemerintahan. Bencana banjir, kata dia, jadi hikmah. "Hari ke-100 kami sendiri yang mengalami banjir," kata dia menunjuk rumahnya di Pluit yang ikut menjadi korban.
Basuki menegaskan, kesehatan dan pendidikan masih tetap menjadi konsentrasi pemerintahan yang mengusung slogan Jakarta Baru ini. Sistem pelayanan online di Jakarta juga mendapat tempat khusus. "Sebenarnya kami harapkan sistem online tetap sesuai jadwal, tapi penarikan fiber optiknya masih terhambat banjir," kata dia.
SUTJI DECILYA | TRI ARTINING PUTRI