TEMPO.CO, Bamako - Pasukan Prancis dan Mali melanjutkan gempurannya ke Utara, Selasa, 22 Januari 2013, beberapa jam setelah menguasai sejumlah kota penting dari para pemberontak.
Seorang pejabat Mali mengatakan, pasukan diharapkan bisa menguasai Kota Hombori di kawasan Mopti. Pasukan gabungan yang melibatkan militer Prancis dan negara-negara Afrika berhasil merebut kembali wilayah utara Mali dari kelompok-kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Pada Senin, 21 Januari 2013, pasukan berhasil mengontrol Biabaly, Konna, dan Doutenza. Ketiganya merupakan kota strategis di Mali Tengah.
Diabaly, yang terletak di 350 kilometer dari ibu kota Bamako, telah menjadi kantong pertahanan kelompok pemberontak di garis depan hingga pasukan udara Prancis membobardir mereka. Akibat gempuran itu, pasukan terpaksa melarikan diri atau menyaru bersama penduduk lokal.
Dalam siaran televisi Prancis yang mengambil gambar dari Diabaly, tampak truk-truk bak terbuka dibiarkan begitu saja oleh pemberontak di rumah-rumah terbuat dari lempung.
Baca Juga:
Seorang warga mengatakan, setelah kalah perang para pemberontak melarikan diri dan besembunyi ke kota-kota yang ditinggalkan oleh warga. Yang tersisa di kota tersebut adalah kekurangan bahan makanan dan kebutuhan lainnya. Menurut warga, di sana masih ada adu tembak ketika pasukan gabungan tiba.
"Kehidupan normal berlangsung kembali di Konna," kata Aguibou Toure kepada kantor berita DPA melalui telepon. "Pasukan Prancis dan Mali mengamankan kota. Beberapa orang yang sebelumnya mengungsi telah kembali ke kota," tambahnya.
Prancis mulai melakukan intervensi militer ke Mali pada 11 Januari 2013. Gerakan militer itu mendapatkan dukungan dari Inggris dan Amerika Serikat. Inggris, Senin, 21 Januari 2013. Sekutu mengatakan negaranya menyokong serangan militer ke Mali, tetapi tak ambil bagian dalam konflik bersenjata.
AL JAZEERA | CHOIRUL