TEMPO.CO, Jakarta - Heboh kicauan "rasis" Farhat Abbas mengenai Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Twitter memang sudah mereda. Kini pengacara Farhat Abbas angkat bicara mengenai kemungkinan persaingannya dengan Rhoma Irama sebagai calon presiden pada Pemilu 2014. Dia yakin bisa mengalahkan Raja Dangdut yang juga berniat mencalonkan diri dalam kontestasi pemilihan presiden.
“Kalau lawan Rhoma mah, saya menang. Kalau yang lain, sih, belum tahu,” ujar Farhat yang ditemui di Studio Hanggar, Jakarta, Selasa, 22 Januari 2013. Dia malah menyarankan Rhoma untuk netral. “Sebaiknya jadi artis independen saja. Semua partai, kan, bisa pakai dia untuk promosi kebudayaannya.”
Menurut Farhat, seni musik yang dibawakan Rhoma Irama sebenarnya bukan kebudayaan Indonesia. Akan sayang sekali jika Rhoma tidak menggunakan musik-musik asli Indonesia. “Dangdut itu budaya India. Memang musik rakyat, tapi bukan budaya Indonesia,” ujar Farhat.
Jika Rhoma ingin jadi presiden, ujar suami Nia Daniati ini, sebaiknya dia menggunakan musik Indonesia. Meski masih dengan irama dangdut, tapi bisa dimasukkan juga instrumen lain yang berasal dari daerah. “Kalau mau jadi presiden harusnya gunakan musik Indonesia, menggunakan musik khas Sunda misalnya. Dia, kan, dari Tasikmalaya,” tuturnya.
Tidak hanya mengomentari masalah musik, Farhat juga mengatakan bahwa Rhoma Irama lebih rasis dari dirinya. “Kalau mau bicara soal rasis, Rhoma itu jauh lebih rasis dari saya. Dia pernah bilang, kan, kalau orang Cina tidak boleh jadi pemimpin. Sedang saya, kan, cuma mengatakan Ahok Cina,” ucap pria berusia 36 tahun ini.
Bagi Farhat semakin Rhoma Irama mengungkit orang-orang Cina atau Kristen tidak boleh jadi pemimpin, berarti orang tersebut tidak bisa lagi dikatakan sebagai seorang negarawan.
NANDA HADIYANTI