TEMPO.CO , Yogyakarta - Sebanyak 14 seniman jalanan di Yogyakarta memamerkan karya seni grafiti mereka di Cafe Viavia, Yogyakarta, mulai 13 Januari - 6 Februari 2013. Koordinator seniman jalanan Jogja Rolly Bandhriyo mengatakan pameran bertajuk "Happy New Year Meeting Style" ini menjadi ajang bagi seniman jalanan untuk menampilkan karakter masing-masing.
Jumlah karya yang dipamerkan sebanyak 50 karya. Beberapa seniman jalanan yang terlibat adalah Rick, Oyster, Muck, Ant, Pofobag, Lups, Artz, Methodos, Kako, Rubs Eight, Lovehatelove. "Tahun baru 2013 diangkat sebagai tema karena berhubungan dengan harapan baru," kata Bandhriyo, Selasa, 22 Januari 2013.
Rolly yang dikenal dengan nama seniman jalanan Lovehatelove memamerkan 7 karya di Viavia. Hampir seluruh karya grafiti Rolly bergambar tengkorak manusia dan menggunakan warna kuning. "Tengkorak adalah simbol kematian. Bisa diartikan semua manusia akan mati. Saat menuju kematian, manusia punya harapan," katanya.
Salah satu karya Rolly berjudul Gold and Silver menggunakan media collage dan drawing menggambarkan seorang manusia yang tua renta menggenggam tangan seperti orang berdoa. Gambar tengkorak muncul dalam jubah berwarna kuning manusia renta itu. Sementara, kepala manusia berbentuk sebuah bola mata.
Rolly mengatakan memilih warna kuning dalam semua karyanya karena ingin menunjukkan karakter konvensional. Selain itu, warna kuning menggambarkan harapan hidup. "Kuning atau bening identik dengan warna lawas. Saya tak pilih hitam untuk gambarkan tengkorak karena terlihat suram," katanya. Menurut dia, pembuatan karya grafiti hanya membutuhkan waktu tiga hari dengan biaya yang murah. Satu karya hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 100 ribu.
Kurator pameran seniman jalanan Renie Emonk Agustine mengatakan seniman yang terlibat dalam pameran berupaya menunjukkan kuatnya pergerakan seni jalanan sejak 1990-an di Yogyakarta. Seni mural, grafiti, dan stensil banyak tersebar di dinding-dinding Kota Yogyakarta. "Seni jalanan atau grafiti kerap dianggap sebagai media bagi seniman untuk menunjukkan identitas kepada publik. Pameran ini menjadi wadah bagi seniman untuk saling bertukar pikiran," katanya.
SHINTA MAHARANI