TEMPO.CO , Jakarta - Mulai Selasa (22/1) lalu Kopaja P20 (Lebak Bulus-Senen) dan S13 (Ragunan-Grogol) terintegrasi dengan Transjakarta. Langkah ini dilakukan agar masyarakat beralih menggunakan angkutan umum. Berikut plus-minus yang dicatat Tempo terkait integrasi ini:
1. Tarif yang berbeda.
Ada perbedaan tarif yang cukup mencolok dari integrasi ini. Penumpang akan mengeluarkan tarif lebih murah jika naik dari terminal awal Kopaja berangkat. Jika penumpang naik dari terminal awal maka hanya dikenakan tarif Rp 5.000,- bahkan jika kemudian dia berpindah menggunakan Transjakarta.
Tapi jika penumpang naik dari halte Transjakarta kemudian masuk ke Kopaja maka harus membayar Rp 8.500,- dengan rincian Rp 3.500,- untuk masuk halte dan Rp 5.000,- naik Kopaja. "Lumayan membingungkan memang, penumpang sempat protes," kata salah seorang kernet P20.
2. Belum sepenuhnya terintegrasi.
Tempo menemukan kondisi di lapangan bahwa bus masih keluar masuk jalur Transjakarta. Hal ini bahkan diakui oleh salah seorang kernet. "Kasian penumpang banyak yang nunggu di luar halte," katanya. Bahkan dia mengaku hanya masuk jalur kalau macet saja.
3. Jumlah sedikit, waktu tunggu lama.
Dalam kajiannya Institute for Transportation and Development Policy mencatat ada sekitar 50 unit bus dalam satu rute Kopaja. Angka ini dinilai terlalu gemuk jika melihat kondisi bus yang ada saat ini. Kemudian munculah Kopaja AC yang terintegrasi dengan busway.
Sayangnya jumlah Kopaja ini masih sedikit, baru 40 unit (20 unit P20 dan sisanya S13). Sehingga waktu tunggunya menjadi lama. Tempo yang mencoba menunggu di halte Transjakarta Gor Sumantri mencatat jarak antar bus Kopaja ini sekitar 45 menit, itu pun tidak masuk jalur busway sesuai rencana.
SYAILENDRA