TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum terus mewaspadai titik-titik jalan nasional yang rawan retak ataupun longsor. "Saat ini memang masih ada jalan yang rusak dan rawan longsor akibat cuaca ekstrem, tapi sedang dalam proses pendataan," kata Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Djoko Muryanto, ketika dihubungi Tempo, Jumat, 25 Januari 2013.
Beberapa jalan yang rawan longsor, kata dia, banyak tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Misalnya, di Sumatera, titik rawan longsor ada di lintas barat dan lintas tengah. Begitu pula yang terjadi di Bukit Barisan hingga ke Lampung. Di Jawa, titik rawan longsor ada di daerah Baturaden, Jawa Tengah, dan Cisarua, Jawa Barat.
Untuk mengantisipasi longsor akibat hujan yang terus-menerus, Djoko mengatakan, Kementerian sudah menyiapkan alat berat dan bahan lain penahan longsor, seperti kawat bronjong. "Kami juga menyiagakan petugas yang standby terus di titik-titik rawan longsor," ujarnya.
Menurut dia, banjir memang bisa mengakibatkan sejumlah daerah menjadi rawan longsor. Namun, penyebab banjir juga tidak hanya disebabkan oleh hujan, tetapi juga karena kiriman dari pintu air dan rob air laut.
Secara umum banjir yang melanda beberapa wilayah Indonesia, khususnya DKI Jakarta, belum separah banjir pada 2007 lalu. Namun, banjir kali ini menyebabkan daerah krusial di pusat Ibu Kota ikut terendam akibat jebolnya tanggul Latuharhary.
Untuk perbaikan jalan, sepanjang tahun ini Ditjen Bina Marga Kementerian PU memiliki dana cadangan sebesar Rp 300 miliar.
Khusus wilayah Jabodetabekjur, hujan deras yang menyebabkan banjir beberapa waktu lalu menyebabkan ruas jalan nasional rusak sepanjang 106 kilometer. Penanganan jalan nasional yang rusak akibat banjir ini, di antaranya menutup lubang, pelapisan jalan, pembersihan dan perbaikan saluran. "Perkiraan biaya yang dibutuhkan Rp 55,5 miliar dan status pendanaannya masih diusulkan," kata Djoko.
ROSALINA