Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pemberontak Mali Ingin Damai

image-gnews
Sejumlah tentara Prancis dengan sebuah tank Sagaie di pos observasi di luar Sevare, 620 km utara Bamako, Mali, Kamis (24/1). AP/Jerome Delay
Sejumlah tentara Prancis dengan sebuah tank Sagaie di pos observasi di luar Sevare, 620 km utara Bamako, Mali, Kamis (24/1). AP/Jerome Delay
Iklan

TEMPO.CO, Bamako - Sekelompok pemberontak Mali mengaku mereka ingin mengakhiri peperangan di utara dan berunding dengan pasukan Prancis. Pengakuan itu disampaikan menyusul perpecahan di kalangan pejuang, Kamis, 24 Januari 2013.

Para pemberontak dari faksi Ansar a-Dine (Pelindung Iman), Gerakan Islam untuk Azawad, dalam pernyataannya mengatakan mereka menolak bentuk-bentuk ektrimisme serta terorisme. Mereka juga siap memeranginya. "Kami ingin solusi damai untuk mengatasi masalah di Mali."

Untuk mempersatukan rakyat Mali, kata Azawad dalam pernyataannya, Mali dan Prancis harus melakukan gencatan senjata di kawasan yang mereka kuasai di daerah utara, Kidal dan Menaka. "Di kawasan ini harus diciptakan iklim damai yang akan membuka jalan ke arah dialog politik terbuka."

Krisis di Mali bermula ketika pejuang Tuareg melancarkan peperangan melawan pemerintah untuk mendirikan negara merdeka di utara yang mereka sebut dengan Azawad. Untuk mendukung perjuangannya, mereka beraliansi dengan para pejuang Al-Qaeda. Aliansi ini membuahkan hasil sehingga mereka menguasai kota-kota kunci dalam beberapa hari. Namun, sejak itu Tuareg disisihkan oleh kelompok-kelompok pejuang lainnya yang ingin merapkan hukum Islam secara ketat di kawasan itu.

Seorang pejabat di Kota Kidal mengatakan kepada Associated Press, perpecahan itu sudah berlangsung lama dan hal tersebut merefleksikan bagaimana sebagian besar pejuang Anzar al-Dine telah terkooptasi oleh pemerintah setempat karena alasan ekonomi dan politik, bukan ideologi seperti yang mereka cita-citakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sumber diplomatik Prancis mengatakan, Prancis menanggapi serius terjadinya perpecahan di tubuh para pemberontak, "Kami butuh bukti bukan sekedar permainan kata-kata."

Prancis melancarkan serangan udara ke Mali sejak, Jumat, 11 Januari 2013, untuk mendukung pasukan pemerintah dan Afrika lainnya guna mengusir para pemberontak di wilayah Utara. Pada Kamis, 24 Januari 2013, jet tempur Prancis berhasil menghancurkan dua markas pemberontak.

Ledakan bom yang dilesakkan mesin perang Prancis melumat Ansongo, sekitar 80 kilometer dati Kota Gao. Tempat ini merupakan basis pertahanan pemberontak yang terletak di dekat Desa Syena Sonrai. Keterangan ini disampaikan seorang anggota militer Mali yang tak bersedia disebutkan namanya. "Jet-jet tempur Prancis sukses menyerang posisi-posisi pemberontak Islam di Ansongo," kata sumber. "Serangan ini menyebabkan kerusakan berat di pihak musuh."

AL JAZEERA | CHOIRUL

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

1 Mei 2017

Mirage 2000. AP/Donato Fasano
Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

Seorang tentara Prancis tewas setelah mendapatkan serangan dari kelompok perlawanan terhadap pemerintah di Ibu Kota Bamako.


Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

23 Agustus 2016

Seorang wanita merawat kambing milik keluarganya, di rumah sederhana mereka di sebelah Masjid Djingareyber, situs Warisan Dunia UNESCO, di Timbuktu, Mali, Selasa (23/7). AP/Rebecca Blackwell
Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

Jaksa ICC di Den Haag, Belanda menjerat milisi ISIS yang merusak situs warisan dunia di Timbuktu, Mali sebagai penjahat perang.


Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

23 November 2015

Pasukan khusus militer Perancis yang ikut turun dalam menyelamatkan ratusan warga yang disandera oleh belasan militan, membentangkan garis polisi di depan Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015. Pembebasan ratusan sandera tersebut dilakukan oleh pasukan Khusus Perancis, pasukan PBB dan dua anggota pasukan khusus Amerika Serikat. REUTERS
Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

Senegal siap membantu Mali.


Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

23 November 2015

Petugas mengevakuasi sejumlah jenazah dalam aksi penyanderaan oleh belasan militan di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015. Aksi penyanderaan tersebut berlangsung selama 9 jam. REUTERS
Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

Prancis menempatkan 3.500 pasukan di Mali.


Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

21 November 2015

Petugas menunjukkan bendera para pelaku penyandera sejumlah pengunjung dan pegawai Hotel di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015.  Kelompok jihad Al Mourabitoun yang bersekutu dengan al Qaeda dan bekas koloni Perancis, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. REUTERS
Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan serangan di Mali meskipun telah terjadi kesepakatan perdamaian antara mantan pemberontak Tuareg di bagian utara dan kelompok bersenjata pro-pemerintah, Juni lalu.


Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas

21 November 2015

Petugas menunjukkan bendera para pelaku penyandera sejumlah pengunjung dan pegawai Hotel di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015.  Kelompok jihad Al Mourabitoun yang bersekutu dengan al Qaeda dan bekas koloni Perancis, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. REUTERS
Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas


Serangan hotel di Mali itu yang diklaim oleh kelompok Al-Murabitoun dari militan bermata satu Aljazair Mokhtar Belmokhtar.


Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

20 November 2015

Dalam gambar yang diambil darii Mali TV ORTM, petugas keamanan memberikan instruksi kepada rekannya di dalam Radisson Blu Hotel di Bamako, Mali, 20 November 2015. Kelompok bersenjata menyandera seluruh orang dalam hotel itu setelah berteriak
Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

Aksi teror melanda Hotel Radisson Blue, Mali, terjadi sejak Jumat pagi


Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

20 November 2015

Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita. Wikimedia.org
Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

Aksi ini membuat Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mempercepat kunjungan kenegaraannya ke Chad.


Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

20 November 2015

Warga berhamburan dari hotel Radisson Blu, tempat penyanderaan oleh kelompok bersenjata, di Bamako, Mali, 20 November 2015. Dikabarkan 10 militan bersenjata menyandera 140 tamu dan 30 staf hotel tersebut. AP/Harouna Traore
Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

Pasukan khusus Mali dibantu pasukan perdamaian PBB menyerbu Hotel Radisson Blu untuk membebaskan sandera.


Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

20 November 2015

Seorang sandera dikawal keluar dari lokasi penyanderaan di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015. Hingga saat ini 80 orang berhasil dibebaskan, dan tiga orang dikabarkan tewas saat militan memasuki hotel itu. REUTERS/REUTERS TV
Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

Saat kejadian, seluruh WNI berada di lokasi yang cukup jauh dari hotel.