TEMPO.CO , Jakarta - Bendahara Umum DPP HIPMI Bayu Priawan Djokosoetono meminta aparat kepolisian untuk mengusut tuntas kematian wakilnya, Sudiro Andi Wiguno. "Kita imbau dan kita tunggu agar kepolisian selidiki sampai tuntas," ujarnya pada wartawan, Jumat 25 Januari 2013.
Bayu yang mengenal sosok Sudiro sebagai pribadi dan pengusaha yang tangguh, cukup religius, sangat aktif dalam kegiatan organisasi tak percaya rekannya itu meninggal dengan cara gantung diri. "Semua, kepribadiannya yang saya kenal selama ini bertolak belakang dengan apa yang diduga dia lakukan (bunuh diri)," ujarnya.
Selain kepribadian Sudiro yang dikenal terlalu tangguh, Bayu juga menyebut ada kejanggalan dalam kematian rekannya itu yakni hilangnya ponsel dan blackberry.
Bayu yang mendengar polisi menyatakan bahwa telepon seluler Sudiro tidak ditemukan mengaku tak percaya. Sebab, pada malam sebelum kematiannya, Sudiro masih menelepon beberapa kerabatnya, termasuk sekretariat HIPMI. Selasa malam itu, ia menyatakan tidak bisa menghadiri pertemuan yang diadakan pada Kamis kemarin karena harus pergi ke Batam.
Bahkan, Rabu pada saat kematian Sudiro, sang isteri menggunakan blackberry Sudiro untuk mengabarkan kematiannya. Pesan itu diterima oleh Wakil Bendahara Umum HIPMI, Iqbal Farabi. "Rabu, sekitar jam 10, saya ingatkan dia untuk main golf. Saya kaget karena menerima balasan, 'Pak, saya istrinya. P. Diro meninggal tadi pagi.'" Kata Iqbal membacakan pesan dari blacberrynya.
Soal pesan singkat itu tak sempat mereka tanyakan saat melayat. Bayu melihat isteri Sudiro saat itu bersama tiga anak mereka. "Dia tidak kelihatan terlalu sedih, tapi saya juga tak enak tanya-tanya."
Bayu maupun Iqbal mengaku sedikit tahu tentang kesulitan usaha yang dialami oleh Sudiro, seperti saat perusahaannya PT Dayaindo Resources International (Tbk) digugat pailit oleh perusahaan asal Swiss, SUEK AG. Meski gugatan itu ditolak oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, hal itu tetap dirasakan sebagai sebuah pukulan.
"Saya juga lebih banyak tahu dari media, sebab Sudiro itu orangnya ga pernah ngeluh, dia tegar, tangguh," ujar Bayu. Bayu juga tak cemas, sebab ia melihat Sudiro tetap aktif dan bersemangat, termasuk dalam organisasi. "Jadi saya kira wajar, jatuh bangun dalam bisnis itu biasa."
Soal Sudiro yang kemudian membangun perusahaan pendanaan Manhattan Capital, Bayu mengaku tak banyak tahu. Termasuk soal informasi yang menyebut perusahaan itu didanai Setya Novanto. "Saya kira itu masalah pribadi ya, saya tidak ikut campur."
Pendapat yang sama dinyatakan oleh Iqbal. Saat ditanya soal pendanaan Manhattan Capital, Iqbal langsung menggeleng. "Tidak tahu, masak ada teman buka usaha saya tanya-tanya modalnya dari mana," ujarnya kembali bertanya.
Soal rumah Sudiro yang menurut informasi kerap didatangi penagih hutang sampai harus menyewa petugas keamanan, Iqbal juga tak tahu menahu. "Saya tidak pernah mendengar itu," ujarnya.
PINGIT ARIA